Sabtu, 04 Oktober 2014

Middle Name Problem

I feel so confused right now

I had just booked two tickets from AirAsia for me and my husband, and then I realize : "Do I need to put my middle name in the booking form??". Well, actually the form only requires first and last name, so I did not mention my mid name. But then I go through some articles that said that we indeed have to write the middle name -- just like in the passport -- or else we might get into trouble in the check in counter or even in the immigration. 

I tried to contact the call service assistance, but they cannot change my booking name. No help at all.
Then I browsed around the web to find that I am not alone! Many people thought the same thing, 'AirAsia does not have space for middle names in their booking form!'. So, from what I have observed from some forums and blogs, they mostly say that middle name is not necessary. Many of them could fly and enter a country easily with only first and last name printed in their ticket. However, there are still people who's not so lucky and must deal with problem in the counter office--some were asked to buy NEW ticket. 

I got panic right now. Another blog suggested to fill the e-form in the AirAsia web. I did. But it is said that we have to wait for 5 days before they could response. It's too long. I need to know the true answer as soon as possible T_T

So the last thing I'd try is to contact AirAsia via livechat. Some said, this is the faster way to overcome your booking problem. I'm now queuing for the service. WISH ME LUCK!


Senin, 18 Agustus 2014

Balikpapan

Dipikir-pikir lagi, sebenarnya tinggal dan berkehidupan di Balikpapan itu sangat nyaman. Kotanya memang kecil, kadang membosankan, dan segala barang kebutuhan mahal harganya. Tapi, di sini memang rata-rata penghasilannya cukup tinggi. Mbak-mbak asisten rumah tangga aja bisa pasang tarif sampai satu juta untuk bekerja 2-3 jam per hari selama 6 hari. Client-nya bisa sampai 4 rumah seharinya. Eh bukan itu sih inti cerita kali ini.

Maksud cerita hari ini, Balikpapan itu enak untuk tinggal, apalagi bagi yang sudah berkeluarga. Karena ga banyak tempat komersial, orang-orangnya juga jadi ga begitu hedon. Selama di sini juga ga pernah punya kenalan yang doyan clubbing (buat saya, clubbing itu selalu negatif). Denger gosipnya aja ga pernah. Dan suasana di sini cukup islami. Ibu-ibunya banyak yang berjilbab syar'i, banyak event-event keagamaan (di kantor, di komplek), dan suami-suami pun doyannya jamaah ke masjid. Anak gaul pun di sini jadi ikut pengajian. Di Balikpapan juga bersih. Di angkot selalu tersedia tempat sampah. Ga pernah liat sampah numpuk sembarangan di tepi jalan. Dan salah satu faktor paling penting: Balikpapan ga macet! Paling macet-macet biasa aja, ga pernah sampe deadlock. Pekerjaan juga tema-nya work life balance. Masuk tepat waktu, pulang juga bisa tenggo. Yang penting kerjaan beres. Teman-temannya baik semua. Kayaknya, Balikpapan ini bisa mengubah orang menjadi lebih membumi.

Karena hal-hal di atas inilah yang belakangan ini membuat saya lebih mensyukuri nasib yang membawa saya menetap di Balikpapan Beriman saat ini.

..... Tinggal masalah listrik dan antrian BBM saja nih.. And everything will be closer to perfect.

Jumat, 01 Agustus 2014

Awam

Sebagai seorang muslim (yg masih teramat dangkal ilmunya), terkadang saya merasa bingung dengan situasi umat muslim saat ini. Ada berbagai macam golongan, yang semuanya merasa diri paling benar dan lalu mensesat-sesatkan golongan lainnya. Malah sampai saling bunuh-bunuhan. Padahal, secara sangat sederhananya, kita menyembah Tuhan yang sama kan? Katanya, sesama umat muslim itu bersaudara. Harusnya, agama Islam itu adalah agama damai. Dengan umat agama lain pun kita harus bertoleransi, tapi kenapa dengan sesama muslim pun masih saling mencerca. Kenapa situasi saat ini terasa jauh dari damai?

Kalau merasa golongannya yang paling benar, lalu lantas apa boleh kemudian menjelek-jelekan yang lain? Sampai-sampai menjelekannya dengan membawa dalil-dalil. Apakah ada anjuran-nya untuk berbuat seperti itu? Saya kira tak ada. Bahkan, bukannya berdebat yang tak ada ujungnya pun harusnya dihindari? Saya lebih tidak mengerti dengan golongan yang bahkan bisa berbuat lebih jahat-- merusak, membunuh--lalu membawa agama sebagai dasarnya. Seakan dirinya paling benar, seakan dirinya orang suci yang sudah dijamin surga sampai berani-beraninya berbuat kekejaman atas nama agama. Benarkah agama saya menyuruh seperti itu? Saya tidak percaya. Yang saya tahu, Islam bukan agama yang agresif. Pasti ada alasan kuat, sejarah yang melatarbelakangi setiap kejadian terkait Islam di zaman dahulu, termasuk kejadian terkait perang. Yang saya tahu, dulu Nabi Muhammad sangat bersabar meski dihina bahkan diperlakukan kasar saat ia mendakwahkan Islam di negeri Arab. Nah, zaman sekarang, saya merasa bahwa orang-orang menyitir ayat atau sunnah, tanpa melihat konteksnya secara lengkap. Makanya, banyak yang salah paham mengira Islam adalah agama kekerasan.

Apa boleh buat, sebagian umat muslim lebih senang mementingkan perbedaan golongan-golongan ketimbang menjadi muslim yang terjaga hubungannya dengan Allah dan dengan sesama manusia lainnya. Lebih senang menghabiskan waktu dengan mencari-cari kesalahan "golongan" lain dan membuat panas suasana ketimbang membuat dirinya lebih bijak.

Ah, kesal dengan oknum-oknum seperti itu.

Sabtu, 05 Juli 2014

Ramadhan

It's Ramadhan again and I'd like to deeply apologize for all mistakes I did.

My goal this year is simply to increase the quality of worship and become a better human.

This year, for the first time, I'll spend the Idul Fitri day in Balikpapan. Just me and my husband. Blame the overpriced flight from here to Jakarta. But it's okay..

Selasa, 06 Mei 2014

My Current K-Pop Playlist

1. Akdong Musician - 200%
2. Fxxk U - Ga In feat. Bumkey
3. Some - Soyou feat. JungGiGo
4. Full moon - Sunmi feat. Lena

Minggu, 27 April 2014

Sedikit Politik

Berhubung lagi musim pemilu, jadi pengen "curhat" dikit soal perpolitikan, dari sudut pandang seorang awam tentunya.
FYI, gw golput karena KTP gw masih KTP Cilegon... Yaaa, kalo pun gw milih kayaknya ga ada pilihan yang cukup baik juga sih *pesimisdotcom*

Gw tuh paling heran kenapa di Indonesia ini siapapun bisa nyaleg. Siapapun means really siapapun.. Ga peduli bekgron lo kayak gimana. Yg penting punya duit dan didukung partai. Coba bayangin, buat diterima kerja aja jaman sekarang udah susah. Persyaratannya dari IPK, bahasa inggris, psikotest sampe personalities. Itu cuma untuk kerja di perusahaan lho. Logikanya mah jadi "pegawai" negara semestinya persyaratannya lebih ketat lagi. Wong ngurusin hajat hidup (dan duit) satu negara besar. Ga perlu sejenius ilmuwan-lah, at least harus punya pembuktian kalo dia adalah orang yang truly capable dan beritikad baik.

Makanya gw juga bingung dengan banyaknya artis yang bisa nyaleg (dan lolos pula jadi anggota dewan). Sorry to say, sekilas aja udah keliatan kok ga berbobotnya beberapa dari artis tersebut. Ada yang ngomong aja berbelit-belit ga intelek, ada juga yang bisa ngomong panjang lebar tapi sebenernya isinya kosong. Uh kesel banget kalo mikirin nasib negara ini berada di tangan orang yang begono. Lebih males lagi kalo ternyata udah otak ga ada, terus ikutan korupsi pula. What a shame.

Yang gw heran, screening caleg itu kan dilakukan oleh parpol ya. In other words, parpol itu semacam perusahaan yang memproduksi "caleg" kan. Well, kalo ada parpol yang ngajuin caleg ga mutu, secara ga langsung, parpol itu harusnya classified sebagai "perusahaan" yang ga bonafid dong. Kalo perusahaan yang maju, pasti mereka punya quality control yang bagus.

Yah, itu logikanya sih. Masalahnya politik kan emang kagak pake logika. Yang penting menggalang massa sebanyak-banyaknya supaya punya suara dominan di suatu pemerintahan. Supaya punya hak kontribusi lebih besar dalam menentukan arah suatu negara. Yah tapi caranya aja kayak gitu. Rasanya sanksi banget kalo ada suatu parpol yang orientasinya bener2 untuk memajukan negara. Biasanya, orang2 politik ini suka ga tau malu.. Udah tau kinerjanya ga bagus, tetep aja keukeuh mempertahankan jabatan. Mereka cuma mau power yang ujung2nya dipakai kepentingan sebagian golongan saja.

Coba orang Indonesia punya rasa malu kayak orang2 pemerintah Korea ato Jepang. Kalo merasa gagal, mereka ga ragu untuk mundur, ato kalo perlu, bunuh diri segala sebagai bentuk tanggungjawab. Bagian bunuh dirinya agak lebay sih memang. Tapi coba orang2 dalam pemerintahan Indonesia kayak gitu, mungkin dalam setahun kita udah rekor ratusan kali ganti pemimpin saking banyaknya masalah yang selalu merugikan rakyat. Kita doyannya melihara masalah sih.

In summary, gw ngerasa rakyat Indonesia ini belom siap dengan sistem Pemilu kayak gini, yang rasanya masih lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya. Tapi gw juga ga tau Indonesia cocoknya pake sistem kayak gimana. Mau pake cara orde lama, orde baru, orde reformasi kayaknya ga pernah bener2 beres masalah negara ini. Sekarang gw paling cuma bisa misuh-misuh aja ngeliat slip gaji gw tiap bulan kena pajak yang selalu punya kemungkinan jatuhi ke tangan orang yang ga berhak. Bikin sakit hati kan kalo mikir tiap bulan kita sedekah sama penjahat

Sabtu, 26 April 2014

Discount

Lagi senang karena pas belanja ke Food Mart E-Walk kemarin malem, bertepatan dengan waktu promo berbagai macam bahan makanan. Salmon aja sampe diskon 50% lho, langsung deh beli potongan yang agak besar. Belakangan ini emang lagi doyan salmon, ternyata yang matang enak juga ya :D. Masaknya gampang cuma garam merica bawang lalu dipanggang beres deh. Cuma harga normalnya itu lhoo.. 100 gram saja 40 ribu rupiah sodara sodara *nangis darah*.
Terus buah pepaya juga diskon setengah harga, langsung deh hubihubi ngeborong. Nyampe kasir, tau-tau daging cincang juga dikasih diskon 35%. Wiihh, total diskon kemarin hampir 100 ribu :)
Sayang sayur-sayur ga dapet diskon. Padahal kalo ke sana, pasti ngincer sayuran organiknya. Gaya bener ya pake organik2an segala. Tapi kayak gitu cuma pas weekend aja kok, weekdays mah makan apa yang ada aja (supply dari warteg kalo siang2 dan supply dari catering kalo malem).
Kalo weekend pokoknya berusaha makan sealami mungkin deh. Sayur juga cuma ditumis pake zaitun, garlic, sama gula garem merica sedikit. Rasa sayur beneran. Sayang juga sih pola ini ga dipraktekin pas weekdays *apa daya males masak2 di pagi hari*

Yah intinya, saya senang dengan diskonan supermarket XD

Rabu, 23 April 2014

reception

Terpikirkan sekilas, andai bisa memutar waktu, duluu seharusnya nikah (akad plus resepsi) di rumah saja yaa. Cuma mengundang keluarga dan teman-teman. Dekorasi cukup sederhana saja namun cantik dan hangat. Baju pengantin cukup sederhana juga, tanpa rias berlebih atau korset ketat. Musik classic love songs dari cd player. Hmm..

Minggu, 13 April 2014

Dietoz Lezatoz

Nurunin berat badan itu ternyata berattt banget.
Bayangin aja, udah naik hampir 10kg sejak gw menikah!! Dan itu gegara gw selalu menunda memulai gaya hidup sehat--which consists of healthy food and exercises. Gw kadang masih suka takabur, "ah ntar ajalah diet2an olahraga gitu, gw mau nikmatin hidup".. Terus begitu sampe akhirnya badan gw beneran melembung kayak balon.
Sekilas sih emang ga keliatan gendut, karena badan gw agak tinggi.. Plus emang gendutnya di daerah tengah doang, 3P-perut pinggang pinggul. Tapi kalo diperhatiin bener2 ato kalo gw pake baju yang salah, gw akan keliatan seperti lemper berjalan!
Daann.. Terakhir ketemu dokter, gw udah diancem kalo gaya hidup gw begini terus, dalam 5 tahun gw bakal kena diabetes melitus (iye, gw ada bakat DM), lalu rawan kena hipertensi dan end up kena stroke. Ih ngeriiii.. Dan emang sejak menggendut gini, mens gw jadi berantakan. Kadang dua bulan sekali, kadang sebulan dua kali. Ampe gw dicekcokin obat hormon biar mens-nya teratur.. Tapi gw benciiii banget sebenernya sama obat2an. Apalagi obat hormon kayaknya ngeri gitu efek jangka panjangnya. Udah gitu bikin tambah gendut lagi plus jerawatan tak henti-henti.
Pokoknya sejak ngegendut, badan jadi super ga fit deh. Gampang sakit. Pas kemarin nari di acara kantor juga kerasa banget kaki gw udah beratttt banget menopang tubuh gw!

i really miss my slim body! Arresty yang berbobot 53 kg jaman kuliah dulu!! Huhuhu..

jadiiiii... Beneran deh, gw harus diet! Dokter udah wanti-wanti gw untuk nurunin 6-7 kg selama 3 bulan dan harus lapor ke dia. Huhuhuhu. Ayo ayo hidup sehat!!

Selasa, 01 April 2014

Mimpi Mimpi

Saat ini, rasanya saya berada dalam zona aman. Menjalani hidup dengan lurus, secara materi pun buat saya saat ini terasa cukup (dengan catatan saya orangnya ga banyak mau ini-itu). Kemudian, saya teringat keinginan-keinginan saya di masa kuliah dulu. Keinginan yang mungkin terasa naif saat ini, tapi dulu, keinginan itulah yang selalu membakar semangat dalam jiwa saya. Yang membuat saya bergairah.

Duluuu.. saya punya cita cita jalan jalan keliling dunia a la backpacker. Bahkan saya sudah punya tiket ke korsel, yang harus hangus sia sia karena pekerjaan saya. Tiba tiba saya jadi terlalu sibuk dengan urusan kantor dan segala permasalahan emosional yang saya rasakan. Setelah itu, saya sebenarnya masih suka jalan jalan meski hanya di dalam negeri. Tapi entah kenapa, the feeling is not there anymore. Dulu ke anyer bermain dengan ombak pun rasanya excited. Ikut rafting di bandung sampai jatuh dari perahu karet dan terseret hingga menabrak bebatuan sampai lebam terasa amat sangat seru.
Sekarang, ke gili trawangan yang demikian cantiknya pun rasanya biasa saja. Malah mabok laut waktu diajak snorkeling. Ke kaki gunung rinjani pun, melihat air terjun yang sangat indah, saya tetap kehilangan excitement dalam diri saya. Demikian juga perasaan saya saat ke Bali, Jogja. Semua terasa hambar.

Duluuu... saya juga punya cita-cita bekerja di bidang pemberdayaan masyarakat. Mengajar di pedalaman, membantu mereka yang terlupakan. Sekaligus berpetualang. Namun, ketika lulus, boro-boro memdaftar ikut indonesia mengajar. Saya ikut mengantri bersama jutaan teman teman lainnya mencari pekerjaan kantoran yang aman nyaman bermandikan dinginnya AC ruangan.

Duluuu... hingga detik ini, saya masih ingin melanjutkan sekolah master ke luar negeri. Mencari petualangan dan ilmu ke negeri orang yang sama sekali asing. Menikmati perbedaan budaya, menikmati "lost in translation". Menikmati sesuatu yang lebih teratur daripada Indonesia.

Duluuu... saya bercita cita menulis buku sebelum umur duapuluh. Sebuah novel yang tak kalah epik dibanding Laskar Pelangi kesukaan saya.

Duluuu... semua terasa dekat. Semua seakan dapat terjangkau oleh tangan saya. Saya dulu optimis sekali bahwa semua mimpi saya akan terwujud. Saya akan menjadi wanita hebat, wanita yang bermanfaat untuk masyarakat.

Saat ini, kehidupan saya pun sebenarnya sama baiknya dengan segala impian saya dulu. Saya menikah dengan pria terbaik di dunia, hal yang tidak akan saya tukar dengan segala impian dahulu kala. Saya bertemu kawan kawan baru. Tinggal di kota baru. Bekerja bersama orang orang hebat. Semua yang saya dapat saat ini tentulah memiliki pelajaran tersendiri untuk saya.

Namun, saya tak akan ragu untuk kembali mendapatkan excitement saya yang lalu. Suatu saat, saya pasti akan mewujudkan impian impian saya di atas.

Ini semua hanya masalah waktu. Pasti.

Senin, 31 Maret 2014

Seandainyaaa

Seandainya punya banyak uang, rasanya pengen deh bikin rumah penampungan untuk mereka yang tidak punya tempat tinggal. Lalu di sana mereka dilatih keahlian yang bisa memandirikan mereka, seperti menjahit misalnya. Atau membuat pernak pernik. Didukung sampai mereka bisa "lulus".

Pengen juga bikin sekolah berkualitas dan mengutamakan akhlak, gratis untuk mereka yang tak mampu.

Terus pengen bikin rumah belajar dan taman bacaan buat anak-anak, supaya mereka bisa menghabiskan waktu dengan cara yang lebih bermanfaat ketimbang bergaul dengan orang dewasa yang salah. Supaya mereka lebih termotivasi untuk mengejar cita cita.

Pengen juga bikin panti asuhan ceria, supaya mereka yang tak memiliki orangtua tetap dapat merasakan kasih sayang dan kebahagiaan sebagai anak-anak.

Pengen buat penampungan untuk mereka yang dibilang "orang gila", supaya mereka dapat hidup selayaknya manusia. Karena mereka memang manusia!

Pengen buat penampungan untuk hewan liar di jalan. Karena hewan juga makhluk ciptaan Tuhan yang tak sepantasnya manusia sakiti.

Pengen bikin rumah sakit yang semua biayanya gratisss untuk orang yang tak mampu di pelosok pelosok sana.

Pengen bikin program makan siang gratis untuk mereka yang penghasilannya tak seberapa besar.

Pengen menutup seluruh program yang isinya pembodohan di TV. Biar mereka yang terlalu polos tak lantas meniru yang salah.

Yuk wujudkan!


Sabtu, 29 Maret 2014

Beauty Target

1. Pakai tabir surya setiap pergi ke luar rumah
2. Pakai body lotion setelah mandi pagi dan sebelum tidur
3. Body scrubbing seminggu sekali
4. Creambath dua minggu sekali
5. Pakai bedak setiap ke kantor
6. Pakai face moisturizer sebelum tidur
7. Maskeran seminggu sekali

Minggu, 23 Maret 2014

aku ingin menjadi...

... Orang yang lebih jujur kepada dirinya sendiri dan orang lain.

Yang kalau suka bilang suka, kalau ngga suka ya ngga suka. Kalau salah mengaku dengan lapang dada, kalau benar ngga perlu pakai ngotot. Legowo. Jadi diri sendiri yang lebih baik.. Kebaikan yang diyakini untuk diri sendiri. Bukan baik menurut orang lain.

Saya ya saya.

Seperti kata head dept saya minggu lalu, manusia itu punya 3 hak, yaitu:

1. Hak atas dirinya sendiri
2. Hak atas properti miliknya
3. Hak untuk tidak diganggu

Karena itu, saya tidak akan membiarkan orang lain, dan terutama diri saya sendiri, mencederai hak-hak saya di atas.

Kamis, 20 Maret 2014

Baby Baby Baby

Saya ngga paham

Kenapa saat kita sudah menikah, pasti ditanya soal anak? Terus kalau udah setahun ngga punya anak kayak saya gini, lalu dianggap tidak wajar. Kenapa ya?

Saya bukannya ngga pengen sih. Saya lebih ke arah biasa saja. Maksudnya, apa sih alasan saya pengen punya anak? Saya ngga punya alasan sama sekali. Makanya saya heran kenapa punya anak seakan menjadi suatu keharusan mutlak. Sebenernya malah justru lebih mudah mengemukakan alasan untuk ngga punya anak. Tapi kalo ngga punya anak juga, rasanya lingkungan memandang dengan sebelah mata.

Kata mereka, punya anak itu membahagiakan. Buat saya, punya anak sama seperti punya, katakanlah, pesawat jet pribadi. Saya ngga pernah memiliki dan ngga pernah tahu kenapa para milyuner senang memiliki pesawat terbang di halaman belakang rumah mereka. Dan saya ngga merasa perlu iri atau bersedih karena saya tidak memiliki pesawat terbang. Ya seperti itu. Menurut saya menginginkan anak seperti menginginkan kebahagiaan imajinatif. Saya ngga pernah tahu persis apakah hal itu akan membuat saya bertambah bahagia atau tidak.

Saya juga ngga merasa perlu iri dengan kebahagiaan orang lain yang sudah punya anak. Saya sekarang juga udah punya banyak hal yang patut disyukuri kok. Mereka yang punya anak juga ga perlu iri sama apa yang saya miliki. Kan katanya mah manusia udah punya rejekinya masing-masing.

Dan seandainya punya anak itu ngga menjadi norma, pasti rasanya lebih damai buat saya. Walau saya ga ngebet punya anak, entah kenapa malah lingkungan saya yang lebih ngebet saya punya anak. Dan itu kadang mengganggu saya. Saya ini orangnya agak-agak Woman of Pride. Jadi ketika saya belom punya anak dan orang menganggap saya berkekurangan, saya merasa "terluka". Alhamdulillah sehari-hari di kantor, orang-orangnya juga ngga doyan ngomongin ranah perumahtanggaan Saya mau cerita macem2 juga jadi lebih enak, karena lebih netral suasananya.

Sekali lagi, saya di sini bukannya ngga mau punya anak. Saya sih mau-mau aja. Tapi kalau belum, ya sudahlah. Ngga perlu dipandang "tidak wajar", apalagi dikasihani. Apalagi diminta berobat macem-macem. Belum, saya belum se-niat itu. Biarlah saya santai saja sembari mencari alasan yang paling kuat untuk mendasari niat saya memiliki anak.

Suami Beda!!!

Sore ini kebetulan lagi ada meeting di Base. Jadi, saya memutuskan sekalian aja ngantor di sana (divisi saya letaknya beberapa km dari kantor di Base). Kebetulan temen seruangannya si abang lagi sakit, jadi pas banget saya bisa numpang pakai komputer di sana. Ga melanggar kode etik kok ini. Pintu ruangannya juga tetap dibuka lebarrr.

Tapi tapi tapi.. Selama saya duduk di sini, kelihatan banget si Abang jadi beda. Jadi lebih sok cool kalo kata saya. Pokoknya beda banget dengan si bocah yang biasa hahahihi ngga jelas di rumah.

Langsunglah saya chat (biar seruangan juga, tetep aja pake chat messenger kantor):

Saya : Abang, kamu kok beda gitu di kantor. Who are you? Siapa kamu? I don't even know you

AJ (abang jelek) : Kan lagi jam kantor

Saya : Kamu kan 8 jam karyawan, tapi 24 jam suami akuuu!

Abang saya berkepribadian ganda!

Rabu, 19 Maret 2014

Dilema Jauh

Sedihnya tinggal di Balikpapan adalah kita jadi jauuhhh dengan keluarga yang tinggal di Pulau Jawa sana. Ketemu ibubapak paling bagus dua bulan sekali. Beruntung luar biasa kalo bisa pulang dua kali dalam dua bulan.
Bagaimana lagi, harga tiket mahal sekali. Lebih mahal dari tiket JKT-SG atau JKT-KL pake airasia. Kalo lagi lebaran, bahkan bisa mirip-mirip harga tiket promo JKT-Seoul (tukang ngecek tiket nih). Kejam.

Paling sedih kalo lagi ada keluarga yang sakit dan kita ngga bisa nengok. Kayak mbah kung kemarin pas dirawat lalu meninggal, saya ngga sempat melihat mbah di hari-hari terakhirnya. Begitu juga dengan adik mbah yang meninggal 40 hari setelahnya. Bahkan saya ngga sempat lihat adik mbah saya sakit. Saya taunya beliau itu sehat, kuat. Masih sanggup jalan sendiri kemana-mana cukup dibantu tongkat. Tau-tau dengar berita, beliau kena kanker lalu meninggal. Benar-benar sekejap. Dan saya tak pernah menjadi saksi itu semua. Hanya sebagai pendengar kabar saja.

 Tapi andai saya ada di sana, apakah hati si cengeng ini akan sanggup menyaksikan duka tepat di depan wajah? Ah, sampai saat ini pun saya masih tidak bisa melupakan detik-detik meninggalnya mbah putri... Ketika alat penunjuk denyut itu membuat grafik merah lurus datar, tepat di depan mata saya.

Entahlah... Tapi saat ini saya ingin berada di dekat keluarga. Apalagi mbah saya sedang di rawat di Rumah Sakit. Lalu adik saya weekend ini akan operasi pemasangan pen karena retak di kaki. Saya ingin pulang, salaman sama ibubapak tersayang. Dan suami saya harus ikut pulang karena dia udah satu paket sama saya.


Menanti Sore

Setiap istirahat siang, kalo lagi ga keluar makan bareng si abang, saya biasanya tetap tinggal di kantor. Beli makan siang dulu di warung-warung belakang kantor atau jajan cemal-cemil di toko susana. Oh iya, di Balikpapan sini ngga ada indomaret, alfamart dan franchise sejenisnya. Kita masih setia dengan gaya klasik toko kelontong. Kalau ngga salah, memang di Balikpapan ini dilarang berdiri pertokoan franchise yang tumbuh satu lalu diikuti seribu itu.

Lanjut...

Biasanya habis bungkus makanan, saya makan di meja sambil browsing. Atau nonton film. Atau baca majalah. Menunggu hingga jam 1/2 3 tiba. Iya, waktu makan siang di kantor cukup lama: 2 jam. Katanya sih karena orang Prancis makannya lama. Mungkin karena dikunyah 30x dulu setiap suapan dari appetizer sampai dessert.

Saya juga sebenarnya ingin tertib mengunyah seperti itu. Konon menurut kitab food combining, makanan memang perlu dikunyah sampai halus supaya tidak memberatkan kerja fungsi pencernaan. Dan itu penting, karena katanya penyakit datangnya dari perut. Mungkin saya sering sakit (dulu), salah satunya karena perut yang tak sehat dan buncit ini ya...

Selasa, 18 Maret 2014

kerja kerja

Lagi curi-curi waktu di tengah jam kerja

Jadi, enakan kerja atau jadi istri rumah tangga?

Enaknya kerja:
- Punya uang jajan sendiri
- Bisa bantu-bantu keluarga
- Bisa lebih banyak sedekah
- Punya temen-temen dan pergaulan baru
- Kayaknya bikin otak jadi lebih update karena dipaksa mikir

Enaknya jadi istri rumah tangga:
- Bisa melampiaskan hasrat tidur semaunya
- Bisa nonton tv series seharian sampai puas
- Fleksibel mau ngapain aja, suka-suka. Hari mau ngegambar besok mau nyanyi, terserah.
- Ga perlu terlalu hati-hati... Kalo masakan agak keasinan, ya sudahlah.. Yang penting masih bisa dimakan. Ga sampai merugikan negara.

Senin, 17 Maret 2014

Halo halo

Selamat malam duhai kekasih..
Hampir jam 9 malam di sini dan sebenernya aku udah ngantukkkk bgt. Tp harus nunggu jam 1/2 10, jadwal minum obat. Sebenci-bencinya minum obat, kali ini keluar bendera putih dulu deh.

Saat ini si abang udah lelap blass di sampingku. Dia sih tipe yang kena bantal semenit aja bisa langsung pulas. Mau ada petir hujan badai, ngga ada yang sanggup membangunkannya. Cuma tangan sakti sang istri yg dapat membangunkannya. Tangan sakti dan sedikit ciyuman maut sih lengkapnya. Aheyy.

Minggu, 16 Februari 2014

The Happiness Project - Short Review

I recently read this very recommended book titled "The Happiness Project" written by Gretchen Rubin. I bought this more than a year ago, when I was frustrated about being work under evil pressure. But I only reached several pages before I was occupied to other activities and left this book deep inside the shelf. I am glad that I decide to give this book another chance, because this is really a great motivational book. I'm not finishing it yet but it really gives me an impact by only reading several chapters. 

In general, this book tells about Gretchen's journey to find the way to make herself happier, and reveal the true meaning of happiness itself. As the title said, it is really a "project" that she implemented to her daily life for a whole year long. She made "target" each month that she should fulfill and analysed the impact to her happiness level. The target was actually simple things like boost energy by "go to sleep earlier" or being serious about play by "take time to be silly". She even made daily chart to help her monitoring her progress!

What I like about her writings is that she's not only writing about her opinions, but she also put scientific journal, histories, even tales to support her point of view. You know, happiness is something that pretty much intangible but I saw that she made it more "realistic". Very fun read I must say, and very motivating for me.

So, I really recommend this book for every people interested in happiness topic or for them who just need entertaining read. 

source


Minggu, 09 Februari 2014

Up, Up, Up

Recently I feel the improvement in my current conditions. After writing a depressing post not so long ago, I learned to sort things out. I frequently talk to myself, ensuring that "okay, if you did mistake, do not overthinking it.. Just stay calm, there must be solution for everything.. Everybody did mistake anyway".
I try to straighten the twisted wires inside my head. Sometimes removing the unnecessary wire to make it even simpler.
I even talked to myself in front of the mirror. I have to ensure myself that everything will be just fine. Life goes on anyway.
But the most important thing is I learn to be truly grateful for what I have now. Saying "Alhamdulillah" as much as possible. Satisfaction is not only about achieving things (mostly materials). I think it's more like enjoy everything we have now. No need to look the less-fortunates to be more grateful. Just do not comparing yourself with others.

As the result, I feel more positive now. I feel happier. I was happy before, but I just failed to infuse those happiness into the deeper layer of my mind.

I also did some minor changes and though it looks unsignificant, surprisingly it makes me feel good (good suggestion is really good)

I tried to use stairs as much as I could and went to gym at least once a week for an hour of treadmill exercise.

I drank 3-diva juice (of carrots, apples and tomatoes) almost everyday because I read in an article that it can improve fertility. No, it's still one negative line in my pregtest, but I feel much improvement on my health.

I told more jokes at office.

I try to be more compromising to my husband so that we rarely get into unnecessary fights anymore. Of course my husband also did his part to make it works.

I make to-do lists and feel proud if I could check all the lists.

I actualize the plans I made, such as making handmade ornament for my living room or buying things I've delayed for so long.

I make more comprehensive family financial planning. What I meant with "comprehensive" is actually only listing down the family needs and dividing the money accordingly. We make budget for everything. The rest depends on our persistence.

Those are simple things I do that make my life feel better. I conclude here that minor positive changes could cause significant impact to your overall life.
Yes I admit that sometimes I still feel lazy to do this and that, but at least I know the right track to come back.

I also think that I have to my fix my religious life. That's really a big part, the most essential thing in life that is often underemphasized. Something need to do to improve my faith.

Okay, I think that's all about this post.

Special thanks for my partner in life, the one who always be so patient and supportive all the time. Love you.







Minggu, 26 Januari 2014

Carrots and Another Stories about Balikpapan

Sudah hampir dua tahun saya tinggal di kota Balikpapan, salah satu kota terbesar (dan mungkin ter-modern) di Pulau Kalimatan. Pun sudah selama itu, saya masih belum terbiasa juga tuh dengan harga barang-barang di sini yang MAHAL. Sudah mahal, kualitasnya pun belum terjamin bagus. Tapi karena terkadang kita tidak punya banyak pilihan, ya akhirnya mau ga mau kita harus (sering) mengalah dengan kondisi yang ada. Contoh sederhananya, kemarin saya beli wortel di pasar tradisional. Satu kilo wortel yang udah ga segar-segar banget, harganya 24ribu/kg! Itu juga belinya udah sore, kalau beli pas pagi mungkin bisa kena 30rb/kg! Saya tidak ada pilihan lain karena sudah dua minggu ini wortel sedang langka di Balikpapan. Tidak banyak penjual yang memajang wortel di lapaknya. Kalau pun ada, ya itu.. Kualitasnya udah ga terlalu bagus. Namun, bagaimana pun kita butuh wortel. Oh supply and demand.... 

Terus yang paling bikin BETE lebih dari segalanya, adalah masalah PADAM LISTRIK. Minggu ini saja saya sudah kedapatan 3 kali mati listrik lho! Sekali mati listrik minimal sejam! Udah gitu Balikpapan ini kan puanasss dan gerah ya meski udah malam (pagi aja yang agak adem) which means kalau mati listrik ya sudah deh.. berasa seluruh energi terserap hawa panas dan kegelapan tanpa AC! Pernah juga waktu itu mati listrik hampir 24 jam.. bayangkan! Sinting nih emang PL*, udah bertahun-tahun kok ya ga kelar juga masalah perlistrikan di sini *ditulis dengan emosi tingkat tinggi*. 

Di luar masalah kelangkaan barang murah dan listrik byar-pet, namun salah satu sisi positifnya, Balikpapan adalah kota yang bersih. Jarang banget ngelihat tumpukan sampah di jalan-jalan, yang merupakan pemandangan lumrah ya kalau di Jakarta sana. Bahkan di angkot-angkot pun biasanya tersedia tempat sampah supaya penumpangnya ga punya alasan untuk buang sampah sembarangan. Di sini juga cukup hijau dengan banyaknya pepohonan di sepanjang jalanan kota. Kalau sakit, pilihan utamanya ada dua, yaitu Siloam Hospital dan RS Pertamina Balikpapan. Saya pribadi lebih suka ke Siloam karena lebih dekat terus rata-rata pelayanannya lebih baik. Tapi lebih suka lagi kalau ga sakit sih hehe.

Untuk mall (penting banget menjelaskan bahwa ada mall di Kalimantan), kita punya 3 mall yang paling famous : Plaza Balikpapan (BC), Balikpapan Super Block (BSB/E-Walk) dan Mall Balcony. BC dan Balcony letaknya berdekatan dan posisi keduanya tepat menghadap lautan. Di BC ada Blitzmegaplex, Hypermart, Ranch Market, Gramedia, Starbucks serta counter kecantikan seperti TBS dan Etude. Cukup lengkap-lah, walau agak kumuh sih. Sementara Balcony sebenarnya merupakan mall salah asuhan, berkesan murahan dan sepi kurang terurus, padahal lokasinya strategis dan tempatnya juga luaassss. Hari gini mana ada coba mall meng-hosted tenda rumah hantu alay di dalam mall-nya? Salah strategi banget deh.  Tapi Balcony ini bisa bertahan karena mereka memiliki tenant-tenant makanan yang cukup OK plus ada 21 juga. Sementara BSB menurut saya adalah mall yang pengelolaannya paling professional, bersih rapih dengan tenant mirip-mirip dengan di BC, ditambah counter Everbest, Et Cetera, L'Occitane, juga XXI Studio. Intinya, untuk urusan entertainment sih sebenernya sudah cukup ya di Balikpapan. Kalau kebanyakan fasilitas entertainment, khawatir juga ntar malah jadi hedon boros. 

Dan anyway, di Balikpapan ini saya tinggal di sebuah komplek perumahan milik BUMN, sebut saja namanya komplek WIKA. Kebetulan banyak banget orang kantor yang tinggal di perumahan ini, sampai-sampai ada sebutan kalau ini adalah komplek kantor yang kedua (komplek aslinya masih satu wilayah dengan kantor Jalan Minyak). Saya sukaa sekali dengan rumah pertama saya dan si mas sebagai suami istri, meski statusnya masih cicilan ke kantor sih :p (namanya juga keluarga muda). Tapi tetep ada ada negatifnya beli property di Balikpapan ini, yaitu rumah-rumahnya pasti ga ada yang bener-bener "waras". Baru beberapa bulan ditempatin aja udah bocor bok! Ini berlaku untuk hampir semua perumahan di Balikpapan. Pasti ada aja yang ga beres.

Di komplek, saya bergabung dengan grup Arisan Hore. Isinya ibu-ibu muda yang suaminya juga satu kantor dengan suami saya, dengan profesi beragam dari IRT, psikolog, ilustrator, dokter gigi etc. Alhamdulillah, orangnya baik-baik semua, sederhana, ga banyak drama bergosip etc, dan kita bahkan punya program liqo/pengajian setiap minggu (yang mana saya sering bolos *guilty*). Pokoknya insya Allah pengaruh positif deh dalam kehidupan sehari-hari. Anyway, di Balikpapan ini, di kantor misalnya, saya juga jarang ketemu orang yang macam-macam atau berpenampilan "wah". Bos-bos sini yang gajinya (mungkin) nyaris 3 digit aja penampilannya biasa banget. Malah banyak yang cenderung kucel, terutama bapak-bapak yang keluarganya ditinggal di Jawa :p  Saya juga kadang ke kantor pake jeans plus kaos aja, muka paling banter dibedakin doang. Pokoknya hampir ga pernah deh denger cerita-cerita bernada pamer/gaya OKB gitu di sini, meski saya cukup yakin bahwa mereka "mampu". Kayaknya berasa malu aja kalau mau belagu di sini. Serius. Yaa, tapi kalo deep inside-nya sih saya juga ga tau deh :D

Yang jelas, saya bersyukur sekali di Balikpapan ini terbukti less hedon dari kota-kota besar di Jawa sana (baca: Jakarta), yang kesannya semua-semua itu dilihat dari appearance dulu. Yang mana terlalu banyak "trend" yang harus dicoba di sana. Dan untuk mengikuti "trend" itu, kadang harus dibayar dengan harga yang cukup mahal. Jadi teringat quote ini deh:

'We buy things we don't need with money we don't have to impress people we don't like

Ya ini gw sok-sok tau aja sih tentang kehidupan di kota metropolitan. Padahal kan gw ga pernah mukim di sana dan ga tau kondisi lapangan yang sesungguhnya. Semoga aktualnya lebih baik dari segala prasangka buruk saya. Hehe. 


Oh iya, balik lagi ke urusan rumah. Nih penampakan jeroan rumah kami berdua (sori yaa kalo nampak berantakan ;p)

dapur hijau 
si ganteng di ruang tengah
pernak-pernik

favorite corner 


Oke deh, kayaknya sekian dulu  cerita tentang Balikpapan hari ini. Sampai jumpa kembali di post berikutnya!

- Arresty W. Andhini -

Selasa, 14 Januari 2014

The Red Date

I really love the "red date" in the middle of the week. It feels like you wake up from your sleep and feel relieved that it's still middle of the night and you have remaining five hours to continue exploring the dream world. Mmm.. maybe not exactly like that, but the "joy" is almost the same.

This morning I woke up earlier and decided to spend this lovely day off's morning by jogging around the neighborhood. By jogging I meant 2 minutes of jogging and continued by slow-walking for 40 minutes with my husband. Cannot believe that I could jog around Sabuga for 5-6 rounds non-stop 4 years ago. My stamina fell down like the current Rupiah's value. Of course I'm blaming my current body weight. And my bad eating habit. And my reluctance to joining the fit and fabulous lifestyle. Okay, at least now I try to make slow-walking as a thrice-a-week routine! Your encourage is highly appreciated.

For breakfast, we ate the chicken teriyaki I made on Sunday (don't worry, it still tasted delicious) then I cooked "pindang udang" for our lunch. That was the first time I used my stone ulekan set to grind the spices. Actually, my husband who did the grinding. He has tougher arm muscle and he, of course, was glad to spend his power on the ulekan

Too bad the cooking result is kinda disappointed. I thought I put too much water that made the pindang tastes a little bit too plain. But fortunately, my michelin-winning side-dish sauteed oyster sauce broccoli and carrots with tofu had saved our lunch! 

So we ate the lunch peacefully while watching Insidious 2. The movie was just so-so anyway; maybe because I didn't watch the first movie and I did not understand some parts. Then we got sleepy and took a nap for around an hour. Honestly, that felt like a bless to take a nap on the working day Tuesday!

Oh I forgot to tell that on this day's bathroom session, I scrub my body with Wardah's olive scrub and instead of using my usual minty dettol liquid soap, I used my precious L'occitane shea butter shower cream (isn't it a very important thing to tell?). After that, I think my beauty upgraded to the Jane Levy's level. Lol.

And now..  here I am writing a nonsense on this blog.

What a beautiful day...

-Arresty W. Andhini-


Minggu, 05 Januari 2014

Happy 1st Anniversary!

January 5th, 2013

I finally entered into one of most sacred moments in my life: getting married. At that time, I had just known my husband for less than a year. I still remember the first time I met him. On our office, OFL Building 3rd Floor, he was there typing something on his PC. And I was going to use copy machine. But our first conversation happened when he decided to say hi when he passed my cubicle. Later on, he said that he was attracted to me since he saw me confusing over that copy machine. He even spied on me on facebook to find out whether I'm single or not before he decides to greet me. 

Everything progressed very fast.. and in October 13th, we were officially engaged. After the engagement procession, we headed to Jakarta to watch Big Bang concert. He didn't like K-Pop before he met me, but I kinda affected him eventually :p 

Then, January 5th 2013, he pronounced the "ijab kabul" and we are officially a partner for life. 

Time goes so fast.. It's been a year since our wedding ceremony. There are actually a lot of new things I learn about him and vise versa. Up until now, we still learn to compromise each other's personalities. We had fought lot of times, but we learned to cool the tense and reconcile as soon as possible. 

Sometimes, we have to put our ego behind our brain to make our partner happy. It is worth it. Seeing our partner happy makes you feel happier as well. Marriage is really about a balanced give and take. 

So, for my dear husband Prayudi Noverri:

Happy Wedding Anniversary!

We shall rock the world


-Arresty Wahyu Andhini-