Sudah hampir dua tahun saya tinggal di kota Balikpapan, salah satu kota terbesar (dan mungkin ter-modern) di Pulau Kalimatan. Pun sudah selama itu, saya masih belum terbiasa juga tuh dengan harga barang-barang di sini yang MAHAL. Sudah mahal, kualitasnya pun belum terjamin bagus. Tapi karena terkadang kita tidak punya banyak pilihan, ya akhirnya mau ga mau kita harus (sering) mengalah dengan kondisi yang ada. Contoh sederhananya, kemarin saya beli wortel di pasar tradisional. Satu kilo wortel yang udah ga segar-segar banget, harganya 24ribu/kg! Itu juga belinya udah sore, kalau beli pas pagi mungkin bisa kena 30rb/kg! Saya tidak ada pilihan lain karena sudah dua minggu ini wortel sedang langka di Balikpapan. Tidak banyak penjual yang memajang wortel di lapaknya. Kalau pun ada, ya itu.. Kualitasnya udah ga terlalu bagus. Namun, bagaimana pun kita butuh wortel. Oh supply and demand....
Terus yang paling bikin BETE lebih dari segalanya, adalah masalah PADAM LISTRIK. Minggu ini saja saya sudah kedapatan 3 kali mati listrik lho! Sekali mati listrik minimal sejam! Udah gitu Balikpapan ini kan puanasss dan gerah ya meski udah malam (pagi aja yang agak adem) which means kalau mati listrik ya sudah deh.. berasa seluruh energi terserap hawa panas dan kegelapan tanpa AC! Pernah juga waktu itu mati listrik hampir 24 jam.. bayangkan! Sinting nih emang PL*, udah bertahun-tahun kok ya ga kelar juga masalah perlistrikan di sini *ditulis dengan emosi tingkat tinggi*.
Di luar masalah kelangkaan barang murah dan listrik byar-pet, namun salah satu sisi positifnya, Balikpapan adalah kota yang bersih. Jarang banget ngelihat tumpukan sampah di jalan-jalan, yang merupakan pemandangan lumrah ya kalau di Jakarta sana. Bahkan di angkot-angkot pun biasanya tersedia tempat sampah supaya penumpangnya ga punya alasan untuk buang sampah sembarangan. Di sini juga cukup hijau dengan banyaknya pepohonan di sepanjang jalanan kota. Kalau sakit, pilihan utamanya ada dua, yaitu Siloam Hospital dan RS Pertamina Balikpapan. Saya pribadi lebih suka ke Siloam karena lebih dekat terus rata-rata pelayanannya lebih baik. Tapi lebih suka lagi kalau ga sakit sih hehe.
Untuk mall (penting banget menjelaskan bahwa ada mall di Kalimantan), kita punya 3 mall yang paling famous : Plaza Balikpapan (BC), Balikpapan Super Block (BSB/E-Walk) dan Mall Balcony. BC dan Balcony letaknya berdekatan dan posisi keduanya tepat menghadap lautan. Di BC ada Blitzmegaplex, Hypermart, Ranch Market, Gramedia, Starbucks serta counter kecantikan seperti TBS dan Etude. Cukup lengkap-lah, walau agak kumuh sih. Sementara Balcony sebenarnya merupakan mall salah asuhan, berkesan murahan dan sepi kurang terurus, padahal lokasinya strategis dan tempatnya juga luaassss. Hari gini mana ada coba mall meng-hosted tenda rumah hantu alay di dalam mall-nya? Salah strategi banget deh. Tapi Balcony ini bisa bertahan karena mereka memiliki tenant-tenant makanan yang cukup OK plus ada 21 juga. Sementara BSB menurut saya adalah mall yang pengelolaannya paling professional, bersih rapih dengan tenant mirip-mirip dengan di BC, ditambah counter Everbest, Et Cetera, L'Occitane, juga XXI Studio. Intinya, untuk urusan entertainment sih sebenernya sudah cukup ya di Balikpapan. Kalau kebanyakan fasilitas entertainment, khawatir juga ntar malah jadi hedon boros.
Dan anyway, di Balikpapan ini saya tinggal di sebuah komplek perumahan milik BUMN, sebut saja namanya komplek WIKA. Kebetulan banyak banget orang kantor yang tinggal di perumahan ini, sampai-sampai ada sebutan kalau ini adalah komplek kantor yang kedua (komplek aslinya masih satu wilayah dengan kantor Jalan Minyak). Saya sukaa sekali dengan rumah pertama saya dan si mas sebagai suami istri, meski statusnya masih cicilan ke kantor sih :p (namanya juga keluarga muda). Tapi tetep ada ada negatifnya beli property di Balikpapan ini, yaitu rumah-rumahnya pasti ga ada yang bener-bener "waras". Baru beberapa bulan ditempatin aja udah bocor bok! Ini berlaku untuk hampir semua perumahan di Balikpapan. Pasti ada aja yang ga beres.
Di komplek, saya bergabung dengan grup Arisan Hore. Isinya ibu-ibu muda yang suaminya juga satu kantor dengan suami saya, dengan profesi beragam dari IRT, psikolog, ilustrator, dokter gigi etc. Alhamdulillah, orangnya baik-baik semua, sederhana, ga banyak drama bergosip etc, dan kita bahkan punya program liqo/pengajian setiap minggu (yang mana saya sering bolos *guilty*). Pokoknya insya Allah pengaruh positif deh dalam kehidupan sehari-hari. Anyway, di Balikpapan ini, di kantor misalnya, saya juga jarang ketemu orang yang macam-macam atau berpenampilan "wah". Bos-bos sini yang gajinya (mungkin) nyaris 3 digit aja penampilannya biasa banget. Malah banyak yang cenderung kucel, terutama bapak-bapak yang keluarganya ditinggal di Jawa :p Saya juga kadang ke kantor pake jeans plus kaos aja, muka paling banter dibedakin doang. Pokoknya hampir ga pernah deh denger cerita-cerita bernada pamer/gaya OKB gitu di sini, meski saya cukup yakin bahwa mereka "mampu". Kayaknya berasa malu aja kalau mau belagu di sini. Serius. Yaa, tapi kalo deep inside-nya sih saya juga ga tau deh :D
Yang jelas, saya bersyukur sekali di Balikpapan ini terbukti less hedon dari kota-kota besar di Jawa sana (baca: Jakarta), yang kesannya semua-semua itu dilihat dari appearance dulu. Yang mana terlalu banyak "trend" yang harus dicoba di sana. Dan untuk mengikuti "trend" itu, kadang harus dibayar dengan harga yang cukup mahal. Jadi teringat quote ini deh:
'We buy things we don't need with money we don't have to impress people we don't like
Ya ini gw sok-sok tau aja sih tentang kehidupan di kota metropolitan. Padahal kan gw ga pernah mukim di sana dan ga tau kondisi lapangan yang sesungguhnya. Semoga aktualnya lebih baik dari segala prasangka buruk saya. Hehe.
Oh iya, balik lagi ke urusan rumah. Nih penampakan jeroan rumah kami berdua (sori yaa kalo nampak berantakan ;p)
dapur hijau |
si ganteng di ruang tengah |
pernak-pernik |
favorite corner |
Oke deh, kayaknya sekian dulu cerita tentang Balikpapan hari ini. Sampai jumpa kembali di post berikutnya!
- Arresty W. Andhini -