Gw tau, yang namanya manusia itu ngga akan pernah lepas dari bayangan kematian. Gw tau ngga ada yang abadi di dunia ini, people just come and go. Beberapa pergi untuk selamanya. Mau guling-guling di atas beling kek, mao nangis sampe air mata habis, yang sudah "dipanggil" ga akan pernah kembali lagi.
Di tahun ini, gw kehilangan nenek kandung gw. Dan ini adalah pertamakalinya gw kehilangan anggota keluarga. Sampai hampir separuh tahun ini, gw sangat bersyukur gw masih punya kakek-nenek lengkap. Ga banyak yang seberuntung gw. Tapi apa boleh buat, kali ini gw dihadapkan kenyataan kalo pada waktunya, kematian akan memisahkan kita dengan manusia lainnya.
Di peti-nya, nenek gw tampak seperti sedang tidur nyenyak. Bibirnya terkatup rapat. Cantik sekali. Beliau ini dikenang sebagai wanita yang sangat baik, penuh empati terhadap orang lain dan anti membicarakan keburukan orang atau bergosip.
Beberapa bulan sebelum beliau meninggal, ada kejadian yang masih sangat berbekas di kepala gw.
Jadi waktu itu ada tante gw yang datang menjenguk dan membawakan bubur untuk nenek gw. Tante gw lalu bertanya: "enak kan buburnya?". Dan nenek gw mengiyakan sambil terus melahap makanan tersebut. Tapi ketika tante gw sudah pulang, nenek gw akhirnya berkata jujur kalau sebenarnya rasa bubur itu terlalu tajam untuk lidah tua-nya. Namun, berhubung ia tidak ingin menyakiti perasaan tante gw yang sudah repot-repot membawakannya, maka beliau memaksa diri untuk tetap memakannya.
Begitulah beliau, wanita tua yang sangat perhatian. Wanita tua yang meski sedang lemah terkulai di atas ranjang tidak pernah absen menanyakan apakah cucunya sudah makan atau belum.
Gw berada di sana ketika alat itu menunjukan detak jantung nenek gw yang semakin lemah. Ah betapa jarak kehidupan dan kematian rasanya hanya dipisahkan oleh waktu yang begitu tipis. Mengapa nafas itu harus berhenti? Aneh. Aneh sekali rasanya mendapati tubuh yang tadinya hidup lalu menjadi kehilangan ruh seperti itu. Hanya raga saja, tidak ada nafas lagi. Tidak ada mata yang terbuka kembali. Tidak ada gerakan. Tidak ada suara. Hanya tubuh yang diam. Sunyi. Senyap. Muram.
Namun demikian, berpisah dengan tubuh yang tak bernyawa pun terasa berat. Ketika peti itu dipaku, rasanya seperti benar-benar disadarkan bahwa gw tidak akan pernah bertemu nenek gw lagi di dunia ini.Gw liat kakek gw.. ah, tentunya lebih berat lagi untuknya kehilangan istri yang telah menemaninya selama 60 tahun lebih.
Begitupun ketika peti itu dikuburkan. Sekali lagi, rasanya gw telah kehilangan sesuatu yang amat besar. Gw ga akan pernah bertemu dengan nenek gw lagi di dunia yang fana ini. Ga akan bisa. Kematian adalah suatu perpisahan yang mutlak.
Teruntuk mbah uti tercinta, Febiola Rubinem Kusnadi, cucumu ini kangen....