Setelah cukup lama saya tidak pulang ke Cilegon, akhirnya kemarin saya memutuskan untuk kembali ke rumah. Jadwal UAS saya hanya di hari Kamis dan Jumat, jadi ada beberapa hari lowong dari Sabtu hingga Rabu. Tapi, karena Sabtu saya masih mengerjakan tugas International Business and Trade, jadi saya memilih hari minggu untuk cabut dari Bandung.
Tidak banyak yang saya bawa, hanya goodie bag hadiah field trip ke PGN yang saya isi dengan charger laptop, selembar baju, dompet, hand phone, dan beberapa lembar bahan ujian VCB plus tentu saja laptop saya tercinta, Dellino.
Sekitar jam delapan, saya sudah duduk manis di pangkalan bus damri di daerah Dipati Ukur. Lengkap dengan 'sarapan' french fries dan mcflurry (dibeli pake kupon gratisan dari temen). Tampak ramai di dekat Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat. Maklum, hari minggu pagi adalah hari di mana wilayah Gasibu dan sekitarnya menjadi pasar kaget yang menjual berbagai barang murah-meriah.
Setelah cukup sarat oleh penumpang, bus pun segera tancap gas. Saya buta peta, tapi setahu saya jalur bus ini melalui dago, daerah pasar baru, tegal lega, dan akhirnya sampailah saya di terminal bus Leuwi Panjang setelah kurang lebih setengah jam perjalanan. Oh iya, sekarang ongkosnya jadi Rp 2000 pas, padahal baru beberapa bulan yang lalu masih Rp 1800 (beda 200 doang sih, kondekturnya males juga kali ya harus nyiapin recehan kembalian terus)
Saya memang selalu pulang dengan bus jurusan Bandung-Merak (kalau ga bus Arimbi, Bima Suci, ya Armada Jaya Perkasa). Dulu pernah ada travel Bandung-Cilegon, tapi terakhir saya dengar mereka sudah tidak mengoperasikan jurusan itu lagi. Rugi kali ya. Kasihan mereka. Kasihan juga para penumpang yang ingin menghemat waktu perjalanan. Maklum, kalau naik travel waktu tempuhnya paling lama 4 jam sementara dengan bus waktu tempuhnya bisa sampai 6 jam.
Mengapa demikian? Pertama, di Leuwi Panjang, kita harus nunggu bus-nya sampai cukup penuh baru bisa berangkat. Kedua, kalau naik Arimbi atau Bima Suci, bus-nya harus lewat Tangerang dan berhenti di pool Cikokol (bisa sampai setengah jam lho). Terakhir, bus juga akan berhenti di Terminal Pakupatan Serang untuk nunggu penumpang lagi.
Kalau sedang tidak dikejar waktu, saya cukup menikmati perjalanan dengan bus. Murah (tiketnya 50 ribu, kalau pake travel bisa dua kali lipatnya) dan entah mengapa, saya lebih bisa tidur di bus daripada di travel. Lagipula, naik bus ngga perlu repot-repot mesen dulu: tinggal dateng, duduk, dan kondektur pun menagih uang tiket. Tapi, kalau lagi musim pulang kampung, saya pernah ngga dapet bus sampai jam 8.30 malam saking ramainya orang-orang. Sampai rumah jam 2 dini hari deh.
Biasanya saya tidur di sepanjang Cipularang. Melek-melek, eh udah di Jakarta aja. Abis itu, karena ngga ada kerjaan lain selain memandangi gedung-gedung, biasanya saya tidur lagi hingga lewat wilayah Jakarta. Barulah setelah mencapai limit alias udah ngga bisa tidur lagi, saya menyimak pemandangan di luar (btw, saya selalu memilih tempat duduk di deket jendela). Kadang saya juga suka ngobrol sama orang di sebelah saya. Biasanya sih tipe yang sering ngajak ngobrol adalah bapak-bapak tua yang kebanyakan menceritakan tentang masa muda dan anak-anak mereka yang sekarang sudah menjadi orang berhasil. Eh pernah juga lho saya disuruh ngejagain bayi lucu waktu sang ibu mau ngebeli makanan dulu di luar bus saat bus berhenti di pom bensin.
Ya, rasanya lebih banyak "kehidupan" yang bisa dilihat di bus serta kendaraan umum lainnya.
Dan selama ini aman-aman aja kok naik bus. Yang ngegangguin paling cuma alay-alay yang sok-sok ngajak kenalan. Tinggal didiemin dan dijutekin juga mereka bakal enyah sendiri. Malahan waktu naik travel, saya pernah digangguin bapak-bapak yang berkali-kali ngajak saya ikut ke rumahnya. Iyuuuhhhhhhhh!!
Begitulah, Alhamdulillah karena kemarin berangkat pagi, waktu tempuh saya cukup 5 jam saja. Tidak ada teman mengobrol sepanjang perjalanan dan yang saya lakukan hanya memperhatikan tetesan-tetesan air yang bergerak seperti kecebong di kaca jendela (serius, ini lucu dan menarik lho).
Tibalah saya di rumah dengan utuh, disambut dengan peluk cium oleh ayah dan ibu saya tercinta :)
NB: rumah saya letaknya di pinggir jalan raya yang dilewati bus, jadi setelah turun dari bus saya cukup berjalan kaki kurang dari 15 meter dan sampailah di gerbang rumah :)
Tidak banyak yang saya bawa, hanya goodie bag hadiah field trip ke PGN yang saya isi dengan charger laptop, selembar baju, dompet, hand phone, dan beberapa lembar bahan ujian VCB plus tentu saja laptop saya tercinta, Dellino.
Sekitar jam delapan, saya sudah duduk manis di pangkalan bus damri di daerah Dipati Ukur. Lengkap dengan 'sarapan' french fries dan mcflurry (dibeli pake kupon gratisan dari temen). Tampak ramai di dekat Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat. Maklum, hari minggu pagi adalah hari di mana wilayah Gasibu dan sekitarnya menjadi pasar kaget yang menjual berbagai barang murah-meriah.
Setelah cukup sarat oleh penumpang, bus pun segera tancap gas. Saya buta peta, tapi setahu saya jalur bus ini melalui dago, daerah pasar baru, tegal lega, dan akhirnya sampailah saya di terminal bus Leuwi Panjang setelah kurang lebih setengah jam perjalanan. Oh iya, sekarang ongkosnya jadi Rp 2000 pas, padahal baru beberapa bulan yang lalu masih Rp 1800 (beda 200 doang sih, kondekturnya males juga kali ya harus nyiapin recehan kembalian terus)
Saya memang selalu pulang dengan bus jurusan Bandung-Merak (kalau ga bus Arimbi, Bima Suci, ya Armada Jaya Perkasa). Dulu pernah ada travel Bandung-Cilegon, tapi terakhir saya dengar mereka sudah tidak mengoperasikan jurusan itu lagi. Rugi kali ya. Kasihan mereka. Kasihan juga para penumpang yang ingin menghemat waktu perjalanan. Maklum, kalau naik travel waktu tempuhnya paling lama 4 jam sementara dengan bus waktu tempuhnya bisa sampai 6 jam.
Mengapa demikian? Pertama, di Leuwi Panjang, kita harus nunggu bus-nya sampai cukup penuh baru bisa berangkat. Kedua, kalau naik Arimbi atau Bima Suci, bus-nya harus lewat Tangerang dan berhenti di pool Cikokol (bisa sampai setengah jam lho). Terakhir, bus juga akan berhenti di Terminal Pakupatan Serang untuk nunggu penumpang lagi.
Kalau sedang tidak dikejar waktu, saya cukup menikmati perjalanan dengan bus. Murah (tiketnya 50 ribu, kalau pake travel bisa dua kali lipatnya) dan entah mengapa, saya lebih bisa tidur di bus daripada di travel. Lagipula, naik bus ngga perlu repot-repot mesen dulu: tinggal dateng, duduk, dan kondektur pun menagih uang tiket. Tapi, kalau lagi musim pulang kampung, saya pernah ngga dapet bus sampai jam 8.30 malam saking ramainya orang-orang. Sampai rumah jam 2 dini hari deh.
Biasanya saya tidur di sepanjang Cipularang. Melek-melek, eh udah di Jakarta aja. Abis itu, karena ngga ada kerjaan lain selain memandangi gedung-gedung, biasanya saya tidur lagi hingga lewat wilayah Jakarta. Barulah setelah mencapai limit alias udah ngga bisa tidur lagi, saya menyimak pemandangan di luar (btw, saya selalu memilih tempat duduk di deket jendela). Kadang saya juga suka ngobrol sama orang di sebelah saya. Biasanya sih tipe yang sering ngajak ngobrol adalah bapak-bapak tua yang kebanyakan menceritakan tentang masa muda dan anak-anak mereka yang sekarang sudah menjadi orang berhasil. Eh pernah juga lho saya disuruh ngejagain bayi lucu waktu sang ibu mau ngebeli makanan dulu di luar bus saat bus berhenti di pom bensin.
Ya, rasanya lebih banyak "kehidupan" yang bisa dilihat di bus serta kendaraan umum lainnya.
Dan selama ini aman-aman aja kok naik bus. Yang ngegangguin paling cuma alay-alay yang sok-sok ngajak kenalan. Tinggal didiemin dan dijutekin juga mereka bakal enyah sendiri. Malahan waktu naik travel, saya pernah digangguin bapak-bapak yang berkali-kali ngajak saya ikut ke rumahnya. Iyuuuhhhhhhhh!!
Begitulah, Alhamdulillah karena kemarin berangkat pagi, waktu tempuh saya cukup 5 jam saja. Tidak ada teman mengobrol sepanjang perjalanan dan yang saya lakukan hanya memperhatikan tetesan-tetesan air yang bergerak seperti kecebong di kaca jendela (serius, ini lucu dan menarik lho).
Tibalah saya di rumah dengan utuh, disambut dengan peluk cium oleh ayah dan ibu saya tercinta :)
NB: rumah saya letaknya di pinggir jalan raya yang dilewati bus, jadi setelah turun dari bus saya cukup berjalan kaki kurang dari 15 meter dan sampailah di gerbang rumah :)
3 komentar:
Boleh tanya ga?
di daerah Cilegon gitu dan tiga raksa ada sinyal ga? bisa pake hp?
adalah pasti -_-
mau xl, m3, telkomsel semua ada sinyal kecuali emang tinggalnya di gunung
mau nanya nih kalau dari bandung mau ke gedung mbat pt ks naik bis apa yah? trus turunnya dmn?
kalau bisa sebutin rute angkotnya sampai tujuan hehehe
Posting Komentar