Dari pagi sih seperti biasa saya agak-agak nelat ke kantor (hari ini saya magang), mengerjakan tugas-tugas kuliah (tentu diselingi entertainment macam facebook, browsing tralala :p), dan sorenya saya janjian sama teman saya untuk nonton Alice in Wonderland.
Seluruh bioskop di Bandung udah ga ada yang muter, kecuali sebuah bioskop bernama Bioskop Nusantara di Gedung Palaguna... somewhere over the rainbow. Dengan rasa penasaran yang lebih tinggi terhadap bentuk bioskop tersebut ketimbang film-nya sendiri, akhirnya saya nekat-nekatin aja buat nyoba ke sana. Jam 5an saya dijemput di depan kantor dan langsung menuju TKP. Kata teman saya, Gedung Palaguna ada di sekitar alun-alun dekat Mesjid Agung. Dan berhubung teman saya ini cuma bawa satu helm, jadilah kita muter-muter nyari rute yang sepi polisi. Bandel :p
Btw, berhubung saya pake baju kantoran dan teman saya memakai jaket kampus, saya jadi merasa seperti tante-tante dengan brondong lho (walau wajah saya tetap imut sih)
Setengah jam kemudian kami sampai dan *jreng jreeengggg*
Gedung Palaguna ternyata adalah sebuah gedung terbengkalai, kusam, berkarat, dan sangat sepi. Elevator yang mati, toko-toko yang hanya tersisa plang-nya saja, pencahayaan yang temaram, debu debu dan debu... berasa di film horror banget deh. Hehe. Tapi dasar saya memang agak aneh kali yaa.. kok suasana kayak gitu bagi saya menarik banget. Memasuki gedung itu seperti berada di dunia yang berbeda dengan suasana luar gedung yang hiruk-pikuk.
Lalu, kami segera menuju ke bioskop Nusantara yang terletak di lantai tiga. Tepat di depan elevator, ada papan bertempelkan poster-poster film yang sedang diputar. Hmm.. sejujurnya melihat gedung yang seperti itu, saya sempat berpikir jangan-jangan film yang ditayangkan di sana adalah jenis film-film biru tahun 70an. Tapi ternyata film-film normal tuh. Ada Surrogate, Alice in Wonderland, dan dua film Indonesia (salah satunya film Jupe). Suasana bioskopnya sendiri malah lebih suram lagi. Loket-loketnya tutup dan suasanya lebih gelap dibanding di lantai bawah.
Saat kami sudah berpikiran bahwa bioskopnya tutup, tiba-tiba muncul seorang bapak-bapak ber-tato. Bapak itu menuntun kami menyusuri lorong-lorong gelap temaram (dan entah mengapa kami ngikut-ngikut aja). Serius deh, sebenarnya saat itu saya berpikiran bisa saja kami berdua dibunuh diam-diam di tempat sepi kayak gitu. Tapi syukur Alhamdulillah, ternyata bapak itu menuntun kami ke teater pemutaran film. Sayang, film yang diputar hanya Surrogate dan film-nya Jupe. Dan nampaknya tidak ada satu pun penonton hari itu. Sebenarnya saya masih agak penasaran sih sama suasana teaternya. Apakah ada tikusnya? Apakah ada jarum suntik berisi virus AIDS di kursinya? Hehe, siapa tau kan? Tapi akhirnya kita ga jadi nonton sih. Dan saya bisa melihat sedikit rona kekecewaan di dalam ekspresi bapak yang mengantar kami ke teater itu.
Saya dan teman saya lalu sedikit berkeliling di gedung itu. Well, ada suatu spot berupa dinding kaca di mana kami bisa melihat pemandangan mesjid Agung di senja hari. Cantiiiik. Mau foto-foto sih tapi takut yang kefoto malah yang 'lain'. Wkwkwk. Akhirnya saya mengambil foto mesjid dari depan gedung saja (Gedung Palaguna berhadapan langsung dengan Mesjid Agung). Dan ternyata, masih ada lho kehidupan di pertokoan tersebut. Masih ada beberapa toko yang menjual peralatan kosmetik, jaket kulit, dan batu-batuan seperti kecubung dan akik. Ada pula anak-anak kecil berlari-larian dengan riang di tengah kesenduan pertokoan itu...
Sebenarnya riwayat Gedung Palaguna itu cukup tragis. Menurut orang yang menjaga parkiran basement tempat teman saya memarkir motor, gedung itu dibuka tahun 1983 dan dulunya ramai sekali seperti antrian orang membeli karcis. Lama-lama, pengunjungnya semakin surut dan tempat itu menjadi terbengkalai seperti sekarang. Malah, dengar-dengar status gedung itu pun bermasalah. Sayang sekali, padahal letaknya cukup strategis di dekat alun-alun.
Yah begitulah. Sedikit menyedihkan untuk saya. Mungkinkah mall-mall seperti PVJ atau Ciwalk suatu saat akan bernasib nahas seperti Gedung Palaguna dengan Bioskop Nusantara-nya?
Sore itu pun kami tutup dengan makan malam di Cemar yang berlokasi di dekat stasiun (baru sekali itu saya makan di sana, gulai sapinya enak :D). Makan-makanan enak, ngobrol ngalor-ngidul di meja dengan pemandangan jalan raya dan lampu-lampu pertokoan, diakhiri dengan potongan cokelat... ngga tau ya, saya senang saja hari itu. Rasanya fun banget. Apalagi pulangnya teman saya mengabulkan permintaan saya untuk makan es krim dulu di Toko Rasa di Jalan Tamblong. Lengkap deh ada dessert yang manis segar.
Appetizer-nya tentu saja pengalaman menarik di Gedung Palaguna :)
*by the way, maaf saya ga nyebut nama teman saya itu karena takut menimbulkan fitnah hahaha.. pokoknya terimakasih banyak untuk teman saya nan ganteng (menjilat karena udah jalan-jalan seru :p)*
0 komentar:
Posting Komentar