Senin, 23 Desember 2013

Honest Things of Me

Suatu saat, saya menulis sebuah status di facebook yang kurang lebih isinya adalah tentang lengkapnya hidup saya saat ini. Benar, saya sudah menikah dengan suami yang penyayang, tinggal di rumah yang nyaman, kendaraan ada, dan juga bekerja di tempat yang lingkungannya cukup oke. Kalau masalah anak, honestly saya juga masih antara mau dan takut (serta masih sangat bahagia pacaran berdua terus sama suami), jadi kalau sekarang masih belum punya anak, itu bukan "killing point"-lah (walau kadang mengganggu juga sih)

Dengan segala yang saya miliki saat ini, sejujurnya saya tetap merasakan "lubang" di hati saya. Setahun ini, saya merasa menjadi arresty yang bukan arresty. Atau memang arresty di tahun ini adalah arresty yang sebenarnya? Entahlah. Saya merasa menjadi orang yang sangat insecure dan reluctant. Jadi gampang banget berpikiran negatif terhadap orang lain serta takut menghadapi masalah. Ditambah mudah tersinggung, mudah marah, mudah nangis. Kalau saya lihat post-post saya saat kuliah, rasanya dulu saya lebih ceria dan positif. Sekarang, saya merasa seperti langit yang mendung setiap saat...

Awalnya, saya menyalahkan pekerjaan saya yang lama. Buat saya, pekerjaan lama saya sangat traumatis, di mana saya bertemu dengan manusia yang memperlakukan manusia lain seperti mesin yang bisa di-set sesuai keinginannya serta tidak memiliki perasaan. Ditambah saya bertemu dengan orang-orang lain yang menurut saya seringkali bermuka dua; di depan manis, di belakang pedass.  Dan bahkan saya juga mau ngga mau kadang harus bermuka dua juga demi bisa "selamat". Saya shock. Oh betapa dunia kerja itu bisa demikian kejam. Entah saya yang terlalu naif atau apalah, tapi saya menjadi orang yang jauh lebih reluctant terhadap orang lain. Bukannya dulu saya orang yang gampang betul bergaul, tapi sekarang, saya jadi jauuhh lebih sulit bergaul. Rasanya saya susah menjadi arresty yang apa adanya.. Saya menjadi orang yang selalu takut akan pikiran orang lain.. atau lebih tepatnya, saya takut akan pikiran saya sendiri yang belum tentu benar adanya.

Tapi kemudian saya sempat resign, lalu menjadi istri rumah tangga selama hampir setengah tahun. Dan ternyata sama saja. Saya merasakan krisis kepercayaan diri yang akut, karena saya tidak bekerja, tidak berpenghasilan, anak pun tidak ada. Rasanya seperti seluruh dunia, bahkan keluarga saya, memandang saya sebagai orang yang useless "ngapain lu ga kerja, udah di rumah aja ga hamil-hamil pula.. ga berguna"

Namun, hingga saat ini saya sudah bekerja kembali pun, rasanya "jiwa" saya sudah terlalu banyak luntur. Meski bekerja membuat saya merasa sedikit lebih baik, karena at least, saya bekerja dan punya duit. Namun, saya tetap dirundung kekhawatiran.. saya dirundung kecemasan karena tidak dapat memenuhi ekspektasi orang terhadap saya. saya masih kesulitan menjadi arresty yang lebih positif. Arresty yang lebih tulus apa-adanya. Arresty yang mencintai dirinya sendiri. 

Segala pikiran buruk itu akhirnya menjadikan tubuh saya pun bereaksi dengan negatif. Sepanjang tahun ini mungkin sudah berpuluh kali saya bolak-balik Rumah Sakit. Biasanya karena vertigo yang tidak hilang-hilang atau penyakit lambung.. semuanya nampak berhubungan dengan satu hal kan? Yes.. yes.. penyakit orang depresi. 

Untungnya (buat orang Jawa, pasti selalu ada prinsip "untungnya"), suami saya, orang terdekat saya saat ini, selalu mensupport saya. Dengan segala kestabilan jiwa saya, suami adalah orang yang selalu sabar dan mendukung saya. I love him so much. 

Tapi bagaimana pun, saya tahu bahwa diri saya sendirilah yang bisa menyembuhkan jiwa saya ini. Entahlah, tiba-tiba saya merasa menulis di blog bisa menjadi salah satu bentuk "terapi". Dimulai dengan kejujuran mengenai siapa saya saat ini.... seorang arresty yang penuh kekecewaan akan dirinya sendiri... 


3 komentar:

Anonim mengatakan...

Just do what u love and love what u do, anyone would be depressed if they were forced to do things they don't like (sometimes we even do it on our own decision). Oh and try to care a bit less for other ppl's opinion :p.

Arres mengatakan...

Tapi memang terkadang kita cuma bisa memilih apa yg ada di depan mata kita, regardless kita suka atau tidak.. Iya bener, suamiku jg bilang aku harus lebih cuek lagi. Tapi kok susah ya utk cuek kyk gitu, hiks!

Anonim mengatakan...

hmmm, semakin banyak hal yg lo pertimbangin ya smakin sdikit pilihan yg ada. the possibilities are always limitless when u really open ur eyes :) yaah klo soal cuek itu emg udh sifat bawaan c, u need a certain amount of ego to be careless :p pendek kata "just be yourself" aja..