Ngga kerasa, kurang dari tiga bulan lagi usia saya akan menginjak 21 tahun. Yang berarti saya bukan warga negara minor lagi dan saya bisa menandatangani kontrak resmi dengan legal. Wah, cepat sekali ya waktu berlalu. Perasaan baru kemarin deh saya masih dengan imut-imutnya berangkat sekolah pake seragam dan membawa bekal. Eh tau-tau sebentar lagi saya harus nyari duit sendiri, dengan wajah yang tetap imut tentunya. Haha.
Dan pertanyaan saya, apakah jiwa saya sudah sedewasa usia fisik saya? Eh sebentar, malah pertanyaan terbesarnya adalah: dewasa itu apa sih?
Kalo saya renungkan dalam-dalam, dewasa adalah saat ketika kita harus belajar untuk menerima bahwa kita tidak bisa selalu mendapatkan apa yang kita inginkan. Coba lihat anak kecil yang bisa merengek-rengek minta dibelikan mainan oleh orangtuanya. Tentu kita tidak bisa lagi bersikap merengek-rengek seperti itu kan? Mau nggak mau, saat menginginkan sesuatu, kita harus mempertimbangkan berbagai faktor lain selain faktor kepuasan pribadi. Dengan kata lain, dewasa adalah mengikis sikap egois kita dan berusaha memahami kondisi sekitar.
Dan menjadi dewasa menurut saya adalah keharusan, bukan sekedar pilihan. Mengapa? Tentu karena hidup ini seperti roda. Kadang di atas, kadang di bawah. Kadang kita bisa merasa memiliki dunia, tapi kadang yang kita miliki bisa hilang begitu saja dalam sekedipan mata. Oh well, sesungguhnya malah tidak ada yang benar-benar kita miliki karena semuanya adalah titipan Allah. Bahkan nyawa kita pun adalah titipanNya. Karena apapun yang dititipkan Allah bisa diambil kapan saja, kita harus selalu siap menghadapinya dengan bijak bukan?
Begitu pun dengan masalah tanggungjawab. Semakin dewasa usia, semakin banyak tanggungjawab yang harus diemban. Rasanya hidup seperti ter-setting begini: bayi-balita-TK-SD-SMP-SMA-kuliah-kerja-nikah-kerja-kerja-pensiun-selamat tinggal dunia. Dari yang kita ga bisa apa-apa tanpa bantuan orang lain, sampai tahap dimana kita yang harus menghidupi orang lain dan bertanggungjawab terhadap lingkungan sekitar kita. Yah, itu juga kalau panjang umur sih. Dan menjadi dewasa, adalah ketika kita bisa menerima dan menjalankan tanggungjawab kita secara bertahap dengan baik, walau bahkan ketika kita tidak benar-benar menyukai tanggungjawab tersebut.
Ingat saja, "yang kamu sukai belum tentu baik untuk kamu dan apa yang tidak kamu sukai boleh jadi ternyata malah baik untuk kamu".
Yang kamu inginkan, belum tentu yang kamu butuhkan. Bicara seperti ini memang gampang, tapi kenyataannya memang sangat sulit untuk menerima bahwa terkadang kita memang tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Kadang, kita memang hanya bisa bersabar dan memasrahkannya pada Allah SWT. Dan semakin dewasa dan semakin kompleks tingkat permasalahan kita, nampaknya kita harus semakin berpegangan teguh pada Allah.
(to be continued)
Dan pertanyaan saya, apakah jiwa saya sudah sedewasa usia fisik saya? Eh sebentar, malah pertanyaan terbesarnya adalah: dewasa itu apa sih?
Kalo saya renungkan dalam-dalam, dewasa adalah saat ketika kita harus belajar untuk menerima bahwa kita tidak bisa selalu mendapatkan apa yang kita inginkan. Coba lihat anak kecil yang bisa merengek-rengek minta dibelikan mainan oleh orangtuanya. Tentu kita tidak bisa lagi bersikap merengek-rengek seperti itu kan? Mau nggak mau, saat menginginkan sesuatu, kita harus mempertimbangkan berbagai faktor lain selain faktor kepuasan pribadi. Dengan kata lain, dewasa adalah mengikis sikap egois kita dan berusaha memahami kondisi sekitar.
Dan menjadi dewasa menurut saya adalah keharusan, bukan sekedar pilihan. Mengapa? Tentu karena hidup ini seperti roda. Kadang di atas, kadang di bawah. Kadang kita bisa merasa memiliki dunia, tapi kadang yang kita miliki bisa hilang begitu saja dalam sekedipan mata. Oh well, sesungguhnya malah tidak ada yang benar-benar kita miliki karena semuanya adalah titipan Allah. Bahkan nyawa kita pun adalah titipanNya. Karena apapun yang dititipkan Allah bisa diambil kapan saja, kita harus selalu siap menghadapinya dengan bijak bukan?
Begitu pun dengan masalah tanggungjawab. Semakin dewasa usia, semakin banyak tanggungjawab yang harus diemban. Rasanya hidup seperti ter-setting begini: bayi-balita-TK-SD-SMP-SMA-kuliah-kerja-nikah-kerja-kerja-pensiun-selamat tinggal dunia. Dari yang kita ga bisa apa-apa tanpa bantuan orang lain, sampai tahap dimana kita yang harus menghidupi orang lain dan bertanggungjawab terhadap lingkungan sekitar kita. Yah, itu juga kalau panjang umur sih. Dan menjadi dewasa, adalah ketika kita bisa menerima dan menjalankan tanggungjawab kita secara bertahap dengan baik, walau bahkan ketika kita tidak benar-benar menyukai tanggungjawab tersebut.
Ingat saja, "yang kamu sukai belum tentu baik untuk kamu dan apa yang tidak kamu sukai boleh jadi ternyata malah baik untuk kamu".
Yang kamu inginkan, belum tentu yang kamu butuhkan. Bicara seperti ini memang gampang, tapi kenyataannya memang sangat sulit untuk menerima bahwa terkadang kita memang tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Kadang, kita memang hanya bisa bersabar dan memasrahkannya pada Allah SWT. Dan semakin dewasa dan semakin kompleks tingkat permasalahan kita, nampaknya kita harus semakin berpegangan teguh pada Allah.
(to be continued)
0 komentar:
Posting Komentar