Senin, 18 Agustus 2014

Balikpapan

Dipikir-pikir lagi, sebenarnya tinggal dan berkehidupan di Balikpapan itu sangat nyaman. Kotanya memang kecil, kadang membosankan, dan segala barang kebutuhan mahal harganya. Tapi, di sini memang rata-rata penghasilannya cukup tinggi. Mbak-mbak asisten rumah tangga aja bisa pasang tarif sampai satu juta untuk bekerja 2-3 jam per hari selama 6 hari. Client-nya bisa sampai 4 rumah seharinya. Eh bukan itu sih inti cerita kali ini.

Maksud cerita hari ini, Balikpapan itu enak untuk tinggal, apalagi bagi yang sudah berkeluarga. Karena ga banyak tempat komersial, orang-orangnya juga jadi ga begitu hedon. Selama di sini juga ga pernah punya kenalan yang doyan clubbing (buat saya, clubbing itu selalu negatif). Denger gosipnya aja ga pernah. Dan suasana di sini cukup islami. Ibu-ibunya banyak yang berjilbab syar'i, banyak event-event keagamaan (di kantor, di komplek), dan suami-suami pun doyannya jamaah ke masjid. Anak gaul pun di sini jadi ikut pengajian. Di Balikpapan juga bersih. Di angkot selalu tersedia tempat sampah. Ga pernah liat sampah numpuk sembarangan di tepi jalan. Dan salah satu faktor paling penting: Balikpapan ga macet! Paling macet-macet biasa aja, ga pernah sampe deadlock. Pekerjaan juga tema-nya work life balance. Masuk tepat waktu, pulang juga bisa tenggo. Yang penting kerjaan beres. Teman-temannya baik semua. Kayaknya, Balikpapan ini bisa mengubah orang menjadi lebih membumi.

Karena hal-hal di atas inilah yang belakangan ini membuat saya lebih mensyukuri nasib yang membawa saya menetap di Balikpapan Beriman saat ini.

..... Tinggal masalah listrik dan antrian BBM saja nih.. And everything will be closer to perfect.

Jumat, 01 Agustus 2014

Awam

Sebagai seorang muslim (yg masih teramat dangkal ilmunya), terkadang saya merasa bingung dengan situasi umat muslim saat ini. Ada berbagai macam golongan, yang semuanya merasa diri paling benar dan lalu mensesat-sesatkan golongan lainnya. Malah sampai saling bunuh-bunuhan. Padahal, secara sangat sederhananya, kita menyembah Tuhan yang sama kan? Katanya, sesama umat muslim itu bersaudara. Harusnya, agama Islam itu adalah agama damai. Dengan umat agama lain pun kita harus bertoleransi, tapi kenapa dengan sesama muslim pun masih saling mencerca. Kenapa situasi saat ini terasa jauh dari damai?

Kalau merasa golongannya yang paling benar, lalu lantas apa boleh kemudian menjelek-jelekan yang lain? Sampai-sampai menjelekannya dengan membawa dalil-dalil. Apakah ada anjuran-nya untuk berbuat seperti itu? Saya kira tak ada. Bahkan, bukannya berdebat yang tak ada ujungnya pun harusnya dihindari? Saya lebih tidak mengerti dengan golongan yang bahkan bisa berbuat lebih jahat-- merusak, membunuh--lalu membawa agama sebagai dasarnya. Seakan dirinya paling benar, seakan dirinya orang suci yang sudah dijamin surga sampai berani-beraninya berbuat kekejaman atas nama agama. Benarkah agama saya menyuruh seperti itu? Saya tidak percaya. Yang saya tahu, Islam bukan agama yang agresif. Pasti ada alasan kuat, sejarah yang melatarbelakangi setiap kejadian terkait Islam di zaman dahulu, termasuk kejadian terkait perang. Yang saya tahu, dulu Nabi Muhammad sangat bersabar meski dihina bahkan diperlakukan kasar saat ia mendakwahkan Islam di negeri Arab. Nah, zaman sekarang, saya merasa bahwa orang-orang menyitir ayat atau sunnah, tanpa melihat konteksnya secara lengkap. Makanya, banyak yang salah paham mengira Islam adalah agama kekerasan.

Apa boleh buat, sebagian umat muslim lebih senang mementingkan perbedaan golongan-golongan ketimbang menjadi muslim yang terjaga hubungannya dengan Allah dan dengan sesama manusia lainnya. Lebih senang menghabiskan waktu dengan mencari-cari kesalahan "golongan" lain dan membuat panas suasana ketimbang membuat dirinya lebih bijak.

Ah, kesal dengan oknum-oknum seperti itu.