Sabtu, 30 November 2013

Mbah Kung

Belum genap setahun sejak meninggalnya Mbah Uti, kini kami keluarga kami harus sekali lagi mengikhlaskan kepergian Mbah Kung kami tersayang.

Kali ini kabarnya begitu mendadak. Saya ingat, waktu itu saya sedang di lift menuju lantai 7 setelah ceramah rutin setiap selasa jam istirahat. Ibu yang menelpon, singkatnya Ibu bilang Mbah Kung sudah ngga ada. Kaget. Sunggug saya kaget.

Memang Mbah Kung sedang di rawat di rumah sakit karena tubuhnya membengkak sejak hari Sabtu. Nah tepat hari Sabtu itu pula saya memimpikan Mbah Kung meninggal dunia. Tapi saya tidak cerita ke siapa pun karena.. Yah, itu bukan hal yang menyenangkan untuk diceritakan bukan? Tapi saya rajin update kondisi Mbah ke Ibu dan terakhir saya dengar, Mbah sudah membaik dan siap keluar dari RS. Sungguh lega hati saya.. Namun ternyata, keesokan harinya, tak disangka mimpi buruk saya menjadi kenyataan.

Mbah dimakamkan pada hari Rabu, 13 November 2013 di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Di peti matinya, beliau mengenakan seragam Angkatan Laut berwarna putih. Mbah Kung tampak seperti seorang tentara yang gagah. Beliau memang bertubuh tinggi dan besar. Namun, seperti Mbah Uti dulu, tubuh yang gagah itu terasa dingin ketika saya mencium keningnya sebelum peti ditutup. Tubuh itu telah kehilangan jiwa. Tidak ada lagi Mbah Kung yang doyan bercerita tentang masa mudanya dulu, di mana beliau adalah seorang pemuda yang cukup bandel.

Yang membuat hati saya terenyuh adalah ketika saya melihat kotak kecil parfum armani diletakan di peti jenazah Mbah. Itu adalah parfum dari Mas Yudi yang dibeli ketika Mas dinas ke Prancis. Saya memang nitip dibelikan oleh-oleh untuk Mbah-Mbah saya. Saya titipkan kepada Tante saya untuk diberikan pada Mbah karena terakhir kami bertemu, tanggal 21 Oktober, oleh-oleh itu tertinggal di hotel. Saya ingat terakhir kami bertemu, Mbah tampak happy, penuh senyuman. Biasanya Mbah sering mengeluh sakit, tapi kali terakhir itu, beliau tampak ceria.

Kata Ibu, sebelum meninggal, setiap hari Mbah minta kepada perawatnya atau Tante saya untuk diambilkan parfum itu. Lalu Mbah akan mencium-cium wanginya sebelum disimpan kembali.

Saya sedih sekaligus terharu.. Terharu karena saya bisa sedikit menyenangkan hati Mbah di saat-saat terakhirnya. Sedih karena andai saya bisa lebih banyak menyenangkan Mbah saya itu.

Saya kangen dengan Mbah-Mbah saya.. Mbah Uti, Mbah Kung... Saya sudah tidak bisa bertemu dengan mereka lagi di dunia ini :((

0 komentar: