Kamis, 29 September 2011

a cup of hot chocolate

Just found a new habit: drinking hot chocolate

i find it sweet, a soft sweet liquid warms my throat
pour down slowly into my heart
cast a magic
loosen up

don't worry, everything will be just fine

Good night ^^


Selasa, 27 September 2011

Life

Life is something that I cannot fully understand.

Something that is even more difficult than the most complicated modern physic and math equations which sent people to the moon. And probably more intricate than the riddle of black hole and the enigma of Atlantis.

But weirdly, the stage of life always follows the same exact pattern. Just like one plus one is two and blue plus yellow is green.
Life is such a complicated matter in a chronological way. It's.... peculiar.

Mothers give birth, babies turn into toddler, toddlers then grow into teenagers, and finally when you reach certain age, government will claim you as their major citizen. You will work, pay the tax, and hope your governments will be wise enough not to use it for wars. If you're lucky (or not so lucky), you probably will live until 70 or more. If not, well, death is another mysterious part of that complicated circle.

Life is always about growing, socializing with others, earning money to fill primary and non-primary needs, reaching something, falling in love, having family, getting older and wrinkled, then probably die in accident or acute disease.
Life is both being an angel or an evil.
Sometimes you just have this particular need of helping others and seeing them happy. Yes, being needed by others is somehow make you satisfied. When you sincerely please others and make them show their genuine smile, you will feel glad as well. Oddly true.
But then there is also moment in which you want to strangle your lover you for being so annoying. Sometimes, you have this urge to talk behind your best friends' back. You want to say rude words to people you don't like. There's always a hidden spot for hatred in your heart.


.. oh yeah, that's just life...

Minggu, 25 September 2011

A Promise

Jadi, setelah gw sempet galau-galau karena berbagai hambatan yang terjadi, akhirnya kemarin gw berhasil juga membooking tiket pesawat Airasia PP ke Korea Selatan per tanggal 26 September-02 Oktober 2012 (ya, tepat tahun depan). Horee!! :D

Berhubung lagi promo, gw dapet tiket pergi yang 999 ribu dan tiket pulang 1,308 juta (kalo booking-nya dari tanggal 23 Sept harusnya bisa dapet 999 ribu untuk pulangnya juga tuh). Ditambah bagasi, makan, dll jatohnya kena 3.3 juta. Ini jauh lebih hemat dibanding Garuda yang 7 juta PP. Ya, ga ngarep fasilitas yang oke sih, yang penting nyampe dengan selamat aja di Incheon nanti. Toh ini konsep travelingnya juga "kere tapi senang" kok :))

Oh iya, waktu itu gw booking pagi-pagi dan beberapa jam kemudian saat Dhea (partner traveling gw) booking tiket, harganya jadi 1,308 juta untuk tiket pulang dan pergi. Cepet banget berubahnya deh.

And yeah, I feel so excited right now.

Sebenarnya, traveling bareng ini udah direncanain dari jaman gw dan Dhea masih kuliah. Rencana awalnya sih kita pengen pergi ke Jepang ngeliat sakura dan ketemu kakak kelas yang kerja di sana (alasan terakhir ini alasan gw doang sih :p). Tapi, setelah gw terjangkit virus Hallyu alias Korean wave, gw akhirnya membelokkan sedikit tujuan kita. Hmm, dari Jepang ke Korea ga jauh-jauh amat kan ya? *excuse*

Untungnya Dhea cukup mengerti gw dan setuju untuk berubah haluan meski dia bukan korban virus Korea. Makasih ya dhe :p

Setelah itu, munculah iklan Airasia big sale dan dengan impulsifnya, kita memutuskan untuk membeli tiket dari sekarang karena mumpung banget lagi promo. Memang, kalo urusan jalan-jalan itu rumusnya bisa terlaksana kalo dadakan.

Dan ini beberapa hal yang (sementara ini) ingin gw lakukan di negeri ginseng itu:

- City tour di Seoul
- Belanja pernak-pernik dan baju-baju lucu
- Pura-pura nanya jalan sama cowok Korea ganteng (ga peduli oplasan atau ngga)
- Belanja produk-produk skincare yang packagingnya lucu
- Nyobain berbagai makanan khas Korea (but no, I won't eat live octopus)
- Menyusuri Hangang river
- Duduk-duduk di cafe dengan desain interior yang lucu
- Karena males trekking, gw pengen naik cable car ke Mount Seorak (and hopefully, the leaves will be red at that time)
- Liat rumah tradisional Korea di Hanok village
- Ke patung-entah-siapa yang sering muncul di iklan pariwisata Korea
- Ini agak labil, tapi kalau pas gw ke sana ada konser artis Korea, gw mau nonton :">

Yang jelas, gw memprioritaskan jalan-jalan ke tempat yang unik yang ngga ada di Indonesia. Gw ga berencana ke pantai di sana karena kayaknya sih udah jelas pantai di Indonesia pasti lebih keren daripada pantai Korea >:)

Akhir kata, saat ini gw cuma bisa bener-bener berdoa semoga segala sesuatunya lancar sampai hari-H yang masih setahun ke depan itu. Semoga segala urusan kerjaan, perizinan, uang (nabung, nabung, nabung!), visa, kesehatan, dan tetek bengek lainnya dipermudah oleh Allah SWT yaa~ AMIN!

Yang baca post ini juga jangan lupa doain gw dan Dhea, okay?? ^o^

Sabtu, 24 September 2011

Men are Silly

I discover this fact from my close man friend, in a beautiful rainy day 2 years ago. Well, I cannor recall the whole situation but maybe it went like this:

me: let’s take a walk around campus. it’s beautiful (preparing an umbrella)

him: no way. man doesn’t use umbrella.


He was a villainous man so I thought it was just his excuse to avoid me (He’s evil like that; what kind of man that told his girlfriend that she was just “nothing to lose” for him? After all, she was no different with an erasable scratch on his final exam paper)


But no, he was surprisingly being honest to me. Men don’t use umbrella. Approved by those self-proclaimed gentle men all over the world (at least in my circle of friends)


For them, using umbrella means:

- Gay (possibly the bottom ones)

- Drag Queen

- Weak


It’s way better sprawling on their bed with thermometer tucked between their lips after dampening their manly body under the rain than safely dry-walking under an umbrella alone. Not to mention about the cost they have to spend—at least IDR 5,000 for paracetamol. And if they opt to wait the rain to stop, they will waste their precious time. Time is money. So either way, they will dissipate their fortune.


Now I doubt that scientific research saying that men are rational. Yes, it’s reasonable that they will choose their game online session over a quality time with their girlfriends. Games are more interesting than quarrelsome women, it’s true. But for this umbrella case, I don’t think men are that rational. Man always want to look cool, by hook or by crook.


Come to think about it, that should be the same reason why they love cigarettes. Being cool is just so addictive. And sometimes, silly.


And woman, we’re still that irrational to always fall for men (not valid for lesbians)


*again, a repost from my tumblr*

Destination

Apakah kamu pernah membayangkan bagaimana kamu di masa mendatang?

Katakanlah, 10 tahun lagi. Apakah kamu sudah merencanakan apa yang ingin kamu capai dalam rentang satu dasawarsa itu?

Waktu saya masih duduk di bangku kuliah, seorang kakak mentor di kampus pernah bertanya. Apa rencana saya? Dan saya katakan dengan setengah serius, setengah bercanda: “tidak ada rencana khusus, saya hidup seperti air yang mengalir”.

Beberapa hari kemudian, kakak itu menemui saya lagi dan berkata: “Air mengalir dari hulu ke hilir, dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Kamu mau hidup kamu terus turun ke tingkat yang lebih rendah?” Lalu saya terdiam. Menurut saya, semua itu hanya masalah sudut pandang saja. Filosofi. Apa salahnya menjadi air? Jika ia tak bersifat mengalir ke bawah, maka manusia di dataran rendah akan kehausan, dehidrasi, lalu mati. Ya kan?

Saya tak pernah memiliki rencana pasti, tak pernah menyusun langkah-langkah yang harus saya ambil di masa kini, masa menengah, hingga jauh ke depan sana. Saya hidup mengalir, mengikuti arus. Aliran itu kadang lambat, kadang deras. Kadang jernih, kadang keruh. Dan kadang saya harus mengambil pilihan ketika jalur hidup bercabang. Seperti itulah hidup saya. Menerima saja apa yang ada saat itu. Bahagia untuk hal yang menyenangkan, bersedih atau marah jika kenyataan tak sesuai harapan. Tidak ada tujuan khusus.

Hingga detik ini, saya tak tahu apakah cara seperti ini merupakan cara yang paling baik untuk hidup saya. Tapi kebetulan, saya memiliki beberapa teman yang memilih jalan hidup penuh perencanaan. Dan kebetulan lagi, mereka meniti tujuan yang sama, yaitu menjadi entrepreneur sukses (mereka sedang mendaki jalan menuju ke arah sana, tapi saya yakin mereka akan sukses. Amin)

Bukan hanya sekedar mengejar harta, point penting yang membuat saya kagum adalah keinginan mereka untuk berbagi dengan sesama. Logikanya, jika mereka bisa mendapatkan harta lebih maka semakin banyak pula yang bisa mereka sedekahkan untuk orang-orang yang membutuhkan. Mereka tidak melupakan urusan akhirat saat mengejar dunia. Dan bukankah seharusnya begitulah hidup yang ideal? Sukses di dunia, sukses di akhirat.

Saya iri pada mereka. Pada semangat mereka. Pada filosofi hidup mereka. Saya tahu bukannya jalan mereka selalu mulus. Malah mungkin jalur mereka lebih berliku-liku dan penuh hambatan dibandingkan kehidupan kantoran yang saya jalani saat ini. Mungkin ada juga yang memandang sebelah mata usaha mereka. Tapi saya melihat mereka adalah orang-orang yang sangat “hidup” meskipun mereka harus membanting tulang lebih dari orang lain.

Dan bukan, ini bukannya saya lantas ingin meniru mereka menjadi entrepreneur (keinginan itu selalu ada.. begini-begini juga dulu saya berkuliah di sekolah bisnis). Dan bukan juga saya mengatakan bahwa menjadi entrepreneur itu lebih baik. Tidak. Intinya saya merasa… apakah jika saya benar-benar tahu apa yang saya inginkan di masa mendatang, hidup saya akan lebih baik? Apakah saya akan menjadi lebih puas dengan kehidupan saya?

Mungkin kalau sekarang saya belum bisa menentukan persis detail tujuan hidup saya di masa mendatang. Tapi, jika saya boleh menuliskan gambaran besar kehidupan macam apa yang saya inginkan, mungkin akan menjadi satu kata ini:

“BERMANFAAT”


(Tulisan ini pernah saya post di tumblr, tapi karena saya kangen blogspot, saya memutuskan untuk memindahkannya ke sini)