Rabu, 29 Desember 2010

High Risk, High Return

High risk, high return. Ibarat judi, semakin besar uang yang Anda pertaruhkan, semakin besar pula keuntungan yang bisa Anda raih.

Bersosialisasi dan menjalin hubungan emosional dengan individu lain menurut saya juga adalah salah satu contoh aktivitas high risk and high return. Mengapa? Karena saat kita mulai memberikan "emosi" pada suatu hubungan, otomatis kita telah memberikan sesuatu yang bersifat personal dalam hubungan tersebut. Ibaratnya seperti kita menginvestasikan uang kita di sebuah perusahaan... semakin besar investasi yang kita tanamkan, semakin kita memberikan perhatian pada perusahaan tersebut. Halah.

Investasi terbesar dalam sebuah hubungan menurut saya adalah kepercayaan. Kepercayaan bahwa jika kita menjadi diri sendiri, maka stakeholder lain dalam hubungan ini tetap bersedia menerima kita apa-adanya. Kepercayaan bahwa jika pun mereka sudah tahu busuk-busuknya kita, mereka akan tetap berada di sisi kita. Atau malah merubah kita jadi lebih baik. Bukan cuma sekedar baik di depan tapi di belakang malah dihina-hina. Salah investasi itu mah namanya. Karena itulah dibutuhkan portfolio investasi: ada yang low risk (berteman biasa aja, ada ngga ada dia ya sama aja) dan high risk (sobatan, pacaran, nikah--> super high risk untuk yang satu ini). Apa sih bahasa gw.

Dalam menjalin hubungan emosional yang beresiko tinggi, kita mempertaruhkan kepercayaan kita tersebut. Namun sebagai gantinya, kepercayaan itu membuat kita bisa lebih menikmati hidup. Contoh gampangnya tentang persahabatan deh. Saat lo percaya sahabat lo bisa nerima lo apa-adanya (bahkan di saat lo udah ngelakuin kesalahan fatal) dan lo bener-bener bisa menjadi diri lo sendiri, lo seneng ga sih? Secara ga langsung, lo jadi bisa menurunkan level toleransi lo terhadap orang tersebut. Prinsipnya sama kayak pake korset: saat lo longgarin si korset itu, lo bisa bernafas lebih lega kan? Itu yang saya sebut high return.

Dan tentu saja ada resiko besar di balik itu semua. Bisa aja orang yang selama ini lo anggap dekat ternyata pada kenyataannya malah nusuk lo dari belakang. Kayak lo nikah terus suami/istri lo selingkuh deh. Sakit? Pasti. Jadi inget satu nasehat yang seriiing banget saya dengar: Jangan pernah memberikan 100% kepercayaan lo sama pria. Beri batas toleransi beberapa persen supaya kalo ada apa-apa lo ga bakal gantung diri karena sakit hati. Apa boleh buat, kalau menyangkut hati masalahnya bisa lebih rumit daripada sakit fisik. High risk.

Balik lagi ke soal investasi. Karena lo ceritanya udah menginvestasikan kepercayaan lo yang merupakan aset bernilai tak terhingga ke dalam sebuah hubungan, pasti lo harus punya strategi supaya lo bisa terus untung kan? Dan salah satu cara paling efektif menurut saya adalah dengan turut serta menjaga "investasi" yang orang lain tanamkan pada kita. Jagalah kepercayaan orang lain. Jadilah partner yang baik. At least, jangan ngomongin orang-orang terdekat lo di belakang punggung mereka deh. Kalo emang ada kritik, langsung aja bilang dengan kata-kata yang dipilah-pilih supaya bikin ga sakit-sakit hati banget (unggah-ungguh penting banget sih emang)

Kalo saya sendiri sejujurnya paling ngga suka diomongin di belakang. Sakit hati deh serius karena hal tersebut melukai kepercayaan saya (walau sampai detik ini saya ngga tahu deh apa ada yang pernah ngomongin saya atau ngga). Dan karena itu juga kali yaa saya jadi orang yang agak-agak susah untuk benar-benar terbuka apa-adanya... Bisa dibilang tipe moderate risk-taker. Tapi so far untuk investasi high risk yang saya tanamkan, Alhamdulillah kebanyakan hasilnya terus untung buat saya hehe :)

Begitulah, sebenarnya saya tahu apa yang saya tulis di sini cuma ngeribetin konsep sebuah hubungan. Bah. Rebek emang lo res. Just take it simple. Memberikan kepercayaan dan membentuk hubungan emosional adalah sesuatu yang benar-benar worth to try. High risk, high return. Cenderung selalu dapet high return kalo lo bisa maintain dengan baik.

/mohon maaf kalo selama ini ternyata saya belum bisa memberikan high return pada orang lain... namun semoga saya yang sok-sokan nulis ribet gini bisa selalu belajar menjadi partner yang terpercaya, AMIN/

0 komentar: