Minggu, 05 September 2010

Break Time

Karena setelah sidang saya hampir-hampir ngga punya kerjaan, otomatis yang saya lakukan adalah membekali diri saya dengan segala hiburan. Tidur sampai mampus, makan-makan enak, jalan kemana-mana, nyewa komik banyak-banyak, browsing sampai ngga tau lagi apa yang mau dicari, download video sampai laptop jadi doyan nge-hang... yah begitulah nasib pengangguran. Kerjaan saya hanya berusaha menyenangkan diri sendiri. Setelah uang habis di Bandung, tidak ada pilihan lain selain pulang kampung dan kembali menjadi parasit di rumah orangtua (omongan gw suram gini ya). 

Tak lupa, sebelum pulang tentu saja saya membekali diri dengan senjata perang: setumpuk DVD untuk mengusir segala kejenuhan di kampung halaman. Bukan apa-apa, rumah saya terletak di Cilegon, sebuah kota kecil penghasil besi-baja yang miskin sarana hiburan. Ke bioskop, adanya film-film lama. Mall juga isinya begitu-begitu aja. Dan udara di Cilegon ini sangat teramat panasss. Jadi, saya jauh lebih memilih ongkang-ongkang kaki di rumah ditemani kucing gila ketimbang jalan kemana-mana (yes, anak kucing di rumah tiba-tiba jadi beringas dan suka menyerang.. kena rabies kali ya -_-)

Begitulah, kelihatan sangat tidak berguna bukan?

Ngga juga sih. Ini sambil santai-santai juga saya mikir dengan serius tentang hal-hal yang ingin saya lakukan setelah ini. Hal-hal yang saya sukai. Target-target yang harus saya kejar. Things I should do before I die. Dari dulu semua hal itu cuma ada di angan-angan belaka, tapi sekarang saya udah harus mikir action plan-nya bagaimana. Begitulah, saya sekarang tiba di stage baru setelah dunia kuliah. 

Berdasarkan jenjang kehidupan standard, abis lulus pasti langsung ditanya "kerja di mana?" atau "mau lanjut kuliah?". Tebakan deh setelah pertanyaan itu terjawab, pertanyaan berikutnya pasti "kapan nikah?". Abis itu "kapan punya anak?". Setelah punya anak pertama, pertanyaannya jadi " kapan ngasih adik?" dan seterusnya. 

Serius deh, kadang saya ingin merubah standar yang seperti itu (misalnya punya anak dulu baru nikah gitu-->bercanda!). Tapi apa boleh buat, standar di atas menyangkut masalah tanggungjawab. Tanggungjawab terhadap diri sendiri (menghidupi diri sendiri) dan juga kepada orangtua saya. 

Aahhh.. mendadak saya pusing dengan loncatan fase ini... tanggungjawabnya jadi semakin berat. Menanggung diri sendiri dan menanggung harapan orang lain. 


SEMANGAT!!!!

1 komentar:

cice mengatakan...

yep,yep reesss....welcome to this level..!!hehe..ah, nanti aku ada teman berbagi dehh..;p