Senin, 03 Mei 2010

Drupadi

Well, siapakah Drupadi?

Drupadi adalah putri Kerajaan Panchala yang 'dijual' melalui sebuah sayembara memanah. Adalah Karna, putra seorang kusir, yang berhasil memenangkan sayembara tersebut pada awalnya. Namun, Drupadi sang tuan putri nan cantik jelita, tak sudi bersuamikan Karna yang berasal dari kalangan bawah. Ia menolak Karna hingga akhirnya Arjuna-lah yang berhasil membawanya pulang. Seakan-akan ia hanya sekedar trophy kemenangan.

Ketika Arjuna menyampaikan berita bahwa ia memperoleh 'hadiah' luar biasa, sang Ibunda yang tidak memperhatikan 'hadiah' apa yang dibawa anaknya, malah menyuruh Arjuna untuk membagi hadiah tersebut sama rata kepada saudara-saudara Pandawa-nya. Jadilah Drupadi bersuamikan lima putra Pandawa. Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Bukti betapa anak-anak Dewi Kunti sangat-sangat memuja ibu mereka sehingga tidak ada kompromi bahkan dalam urusan untuk membagi wanita. Meski amoral sekalipun.

Hingga suatu saat, Yudhistira terlibat perjudian dadu dengan Duryodana, sang bangsawan Kurawa. Yudhistira mempertaruhkan segalanya. Harta, saudara-saudaranya, bahkan ia gadaikan dirinya sendiri. Hingga habis semua yang ia miliki dan tak ada pilihan lain selain turut mempertaruhkan Drupadi. Dan kalah. Duryodana lalu mengutus Dursasana untuk menjemput Drupadi. Karena Drupadi terus menolak, Dursasana yang berwatak kasar itu menjerat rambut Drupadi dan menyeretnya hingga area perjudian.

Singkatnya, Drupadi merasakan penghinaan yang luar biasa atas dirinya dalam peristiwa tersebut. Ia bersumpah tidak akan mencuci rambut selain dengan darah Dursasana.

Dalam sudut pandang saya, yang dirasakan oleh Drupadi adalah karma atas penolakannya terhadap Karna yang miskin. Padahal kenyataannya, Karna adalah putra Dewi Kunti yang disembunyikan. Ia juga saudara dari Pandawa lima. Jika ia memilih Karna, tidak perlu ia menjadi istri dari lima orang sekaligus. Tidak akan ia digadaikan dalam ajang taruhan.

Dan jika Drupadi ingin marah, seharusnya ia lebih murka terhadap suaminya, Yudhistira yang telah dengan seenaknya mempertaruhkan ia di dalam arena judi. Rendah sekali ketika seorang suami menggadaikan istrinya sendiri.

Jika saya Drupadi, saya akan sangat kecewa dengan Yudhistira. Murka, sedih, dan kecewa sekaligus.

Jika saya Drupadi, saya memilih untuk mencuci rambut saya dengan darah Yudhistira.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

nice comment, Arrest ^_^

Kisah pewayangan adalah kisah 'perlambang' yang sarat akan simbol. Drupadi tampaknya lambang syahwat manusia untuk dipuji-dipuja-dan dihargai, dan 5 pandawa adalah lambang kecerdasan-ketangkasan-ketampanan yang sekilas tampak 'cocok' dengan drupadi. Padahal ada Karna yang merupakan simbol dari 'kebaikan yang tersembunyi' karena terbungkus oleh sesuatu yang tidak kita suka. Hmm...dalam keseharian, kita seringkali menjadi Drupadi...

well,
kakak memilih mencuci rambut dengan air bersih ;)

Arres mengatakan...

haha, aku juga suka komentarnya kak celine. memang pewayangan itu beda dengan fairy tales, pewayangan lebih menggambarkan sifat-sifat dan bahkan sisi terkelam manusia sekalipun. kadang aku kesel ngebaca kenapa tokoh protagonis pun kadang punya sisi yang membuat pembacanya ngga suka. tapi mungkin begitulah gambaran manusia. semua punya sisi kelamnya masing-masing :)