Kamis, 27 Mei 2010

Big Question

Ada satu pertanyaan besar yang selalu menggantung di pikiran saya. Kenapa sih banyak orang Indonesia yang segitu bencinya sama Malaysia? Sampai-sampai ada istilah "ganyang Malaysia" segala dan berbagai ungkapan kasar lainnya.

Oke. Saya tahu tentang masalah Sipadan dan Ligitan. Saya tahu Malaysia meng-klaim beberapa budaya Indonesia seperti batik, reog, berbagai lagu daerah, dan aset-aset budaya autentik kita lainnya sebagai budaya mereka. Saya tahu. Saya juga bukannya ga tersinggung dengan sikap mereka.

Tapi, coba berkaca pada diri sendiri. Jika Malaysia tidak sembarangan meng-klaim seperti itu, apakah kita masih sepeduli itu pada budaya kita sendiri? Secara pribadi, saya selalu merasa kita itu selalu terlambat bergerak. Kita biasanya baru bereaksi setelah ada "ancaman". Baru deh kita ramai-ramai menekan pemerintah untuk mematenkan kebudayaan tradisional kita. Dan setelah itu kita asik memaki-maki negara tetangga kita tersebut tanpa berkaca pada kelemahan kita sendiri.

Dan satu pertanyaan besar lagi. Mengapa sasaran kita Malaysia? Mengapa kita tidak juga membenci Belanda yang sudah menjajah kita selama 3 1/2 abad dan membangun kemegahan di negeri mereka dengan darah pribumi Indonesia? Mengapa kita tidak membenci Jepang yang walau hanya sebentar menjajah Indonesia tapi sudah berbuat kekejaman yang tidak berperikemanusiaan? Dan mengapa pula kita tidak lebih membenci Amerika Serikat yang konon banyak ikut campur dalam perekonomian dan perpolitikan negara kita?

Tidak, saya sama sekali tidak membenci negara-negara itu. Saya hanya heran saja mengapa kita bisa sedemikian membenci Malaysia tapi kita tidak pernah sebenci itu pada negara-negara yang jelas-jelas pernah lebih merugikan kita? Apa karena semua sudah lama berlalu? Atau karena media tidak pernah menghembuskannya? Tapi rasanya bahkan kakek-kakek saya yang dulunya berperang melawan penjajah pun tidak pernah mengungkapkan kebencian seperti orang zaman sekarang dengan tenang memaki-maki Malaysia. Malah kakek saya punya menantu orang Belanda and he's fine with it. Saya juga senang-senang saja karena sepupu-sepupu blasteran saya ganteng-ganteng pisan.

Dan lalu saya teringat dengan sebuah buku berjudul "The Outliers" yang dikarang oleh Malcolm Gladwell. Di sana ada tulisan tentang semacam "index keseganan". Contoh yang diberikan sih tentang kecelakaan pesawat, di mana banyak kecelakaan terjadi karena tingkat keseganan co-pilot yang tinggi terhadap pilot mereka sehingga para co-pilot itu tidak berani memperingati pilot secara terang-terangan ketika mereka menyadari ada bahaya yang mengancam.

Dan somehow, saya berpendapat bahwa mungkin karena itulah orang Indonesia lebih bisa membenci Malaysia daripada penjajah Barat. Kita menganggap Malaysia adalah bangsa yang setara dengan kita. Kita berani jotos-jotosan sama mereka. Tapi, Amerika, Belanda, dan Jepang jelas adalah negara yang jauh lebih maju daripada kita. Kita segan terhadap mereka. Apalagi secara tidak langsung, status terjajah beratus-ratus tahun dengan disuguhi kedigdayaan negara-negara penjajah itu mungkin secara tanpa sadar membentuk mental kita untuk "segan" dan "hormat" terhadap mereka. Well, selain ada fakta bahwa orang-orang asing itu potensial untuk ditipu ketika menjadi turis di negara kita. Beli cendramata etnik seharga 2 ribu perak dan para turis itu tidak akan keberatan membeli lagi dengan harga sepuluh kali lipatnya. Bagaimanapun, pembeli yang paling menguntungkan adalah maharaja bukan?

Well, kesimpulan saya tentu bukan tentang "mari membenci negara-negara lain yang sudah merugikan Indonesia". Astagfirullah, ngga yaaa.. Yang saya inginkan adalah daripada kita ngomong dan memaki-maki terus tentang negara lain, lebih baik kita melakukan hal nyata untuk negara kita. Ngomong kasar gitu perasaan cuma bikin nambah kesel dan nambah dosa. Efeknya apa? Malah bikin semakin ngga damai negeri ini. Lagipula kok saya curiga ya banyaknya media informasi ini malah bikin praktek divide et impera alias adu domba semakin subur. Ngga usah pedulilah kalau ada orang negara lain yang menghina-hina kita. Orang terpelajar tuh harusnya pakai cara cerdas, bukan dengan cara-cara kasar.

Kalau kita pelajar, jadilah pelajar yang baik dan bermoral. Yang nantinya akan membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang makmur dan ngga korup. Yang nantinya bisa memberikan kontribusi ke tingkat dunia sehingga Indonesia tidak dicap sebagai negara miskin yang "tertinggal" lagi. Jangan lupa bayar pajak (Bismillah, semoga pajak yang kita berikan benar-benar digunakan untuk kepentingan yang semestinya). Berikan yang terbaik untuk negara di mana kita tinggal di atas tanahnya, makan-minum dari hasil buminya, dan mencari rezeki dari potensi di dalamnya.

Dan kalau mau menjaga kebudayaan tradisional kita, ikutlah berpartisipasi dalam melestarikannya.. nih contoh kecilnya ikut unit kebudayaan tradisional seperti saya :p

Demikian tulisan sok tahu dari saya yang sebenar-benarnya masih sangat kurang ilmu ini, semoga tidak ada pihak yang tersinggung.

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu. (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS. Al-Baqarah 2:190).

2 komentar:

Anonim mengatakan...

pendapatnya bener juga, aku juga setuju kalau harusnya kita pakai cara lebih cerdas, tapi tidak selamanya juga cara "membenci" itu salah. ada juga sisi positifnya kog, kalau aku pikir, cara "membebenci" itu efeknya sekaligus memberikan propaganda buat masyarakat kita untuk lebih cinta kepada tanah air dan waspada dengan pihak/negara lain.

memang tergantung kasusnya apa juga ya, terkadang tiap kasus ada cara pengungkapan yang lebih efektif, bisa pakai cara cerdas atau cara "benci"

Arres mengatakan...

konsep disatukan oleh "musuh bersama" yaa. bener, mungkin yg bener-bener bisa menyatukan orang Indonesia itu cuma "ancaman". jangankan orang Indonesia, seluruh dunia juga mungkin bisa bersatu kalo misalnya kita diserang alien.