Senin, 31 Mei 2010

Playing Around


picture is taken from tumblr.com

Diam-diam, ternyata sudah lamaaa sekali lho saya tidak pergi ke taman hiburan seperti Dunia Fantasi (Dufan).
Terakhir mungkin ketika saya masih kelas 1-2 SD. Wow, lebih dari sepuluh tahun yang lalu cuy! Masih ada foto-foto saya dan keluarga di Dufan terakhir kalinya; saya masih imut dengan poni rata dan baju kodok. Masih ada pula selintas ingatan tentang Rumah Boneka, Puppet Show, dan termos minuman yang ibu saya bawa (entah mengapa membekas di pikiran saya). Sisanya saya lupa sama sekali. Tapi kesan saya sih di sana menyenangkan (walau saya ngga nyoba wahana-wahana ekstrimnya).
Oh iya, dan saat saya masih kelas 4-5 SD, saya juga pernah bermain di Taman Ria Senayan yang sekarang sudah tinggal nama. Yang paling saya ingat, di sanalah pertamakalinya saya naik jet coaster. Dan jet coaster- jet coaster berikutnya hanya pernah saya lakukan di arena permainan Lippo Karawaci.

Hehe, cupu yaaa... makanya lain kali ajak saya ke Dufan dong :)

Minggu, 30 Mei 2010

Nodame Cantabile


Nodame Cantabile adalah salah satu komik favorit saya sepanjang masa. Ceritanya berpusat pada kehidupan Noda Megumi (Nodame), seorang mahasiswi jurusan piano yang sebenarnya seorang jenius tapi karena satu dan lain hal ia tidak pernah benar-benar serius pada pianonya itu. Dan bertemulah ia dengan Shinichi Chiaki, seorang tuan muda yang juga jenius musik tapi berkarakter sombong dan perfeksionis. Sementara Nodame sendiri adalah seorang wanita serampangan dan cenderung aneh (sebenarnya karakter Nodame ini agak-agak mencerminkan diri saya :p).

Begitulah. Komik ini menceritakan hubungan aneh antara Nodame dan Chiaki dan bagaimana kehidupan mereka berubah setelah bertemu. Dari Chiaki yang phobia kapal dan pesawat tapi berkat "hipnotis" Nodame akhirnya ia berhasil pergi ke Eropa dan mengejar karir sebagai conductor. Dan juga Nodame sendiri yang pelan-pelan mulai menseriusi pianonya.

Komik ini lucu, sangat lucu. Selintas melihat gambarnya mungkin tidak terlalu menarik, tapi percayalah, komik ini sangat recommended. Nodame Cantabile tamat di no.23 dan di Indonesia sendiri sudah terbit nomor 22-nya. Tapi menurut kabar yang saya dengar, komik ini masih memiliki sekuel dengan judul Nodame Cantabile-Opera Hen. Dan tidak lupa, komik ini juga sudah dibuat versi dorama-nya yang cukup konyol (Hiroshi Tamaki yang berperan sebagai Chiaki ganteng banget >.<)

Ah, tak terasa sudah lebih dari lima tahun saya mengoleksi komik ini :)

Jumat, 28 Mei 2010

Internship Experience

Berhubung teman-teman 2007 saya dari jurusan lainnya di ITB lagi rame-ramenya ngurusin kerja praktek, saya jadi ingin menulis kembali pengalaman magang saya di PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Eh tapi pernah sih saya sekilas menulis tentang suatu kejadian konyol di tempat kerja, nih ada di sini. Dan kayaknya saya juga udah pernah nge-post tentang laporan magang yang sohor itu.

Saya mengambil program magang di semester panjang (kalo yang lain biasanya ngambil kerja praktek saat libur panjang semester genap kayak sekarang). Peraturannya, saya magang dari hari Senin-Rabu selama tiga bulan. Jam delapan pagi hingga lima sore. Sementara hari Kamis-Jum'atnya saya kuliah seperti biasa. Banyak lho teman saya yang ngambil magang di Jakarta dan mereka terpaksa harus bolak-balik Jakarta-Bandung setiap minggunya. Yah kalau dipikir-pikir, Bandung kan memang bukan pusat perkantoran. Tidak banyak perusahaan besar yang berpusat di kota ini. Tapi kalau saya ambil magang di Jakarta, ya berat di badan dan berat di ongkos. Masa saya jadi harus punya dua kosan.

Di Telkom Japati ini, saya magang bareng tiga teman SBM lainnya. Kiki, Siska, dan Nyanya. Tapi kita semua ditempatkan di divisi yang berbeda-beda. Saya di bagian Compliance and Risk Management, Kiki di Finance, Siska di Marketing, dan Nyanya di Product Development. Tapi Siska dan Nyanya ditempatkan satu lantai di lantai 6, bahkan tempat duduknya berdampingan. Sementara bagian Finance-nya Kiki ada di lantai 3.

Saya? Direktorat CRM ada di lantai tujuh. Lebih spesifiknya sih, saya ditempatkan di bagian Assessment. Berkat mata kuliah Business Risk and Venture Capital yang pernah saya ambil, saya memang jadi tertarik dengan bidang Manajemen Resiko ini. Makanya saya minta ditempatkan di bagian ini (by the way saya bisa magang di sini karena koneksi pacar kakak saya).

Tapi menyedihkannya, saya ngga dapet meja sendiri. Saya nomaden saja. Kadang duduk di kursi tunggu, kadang di meja karyawan yang lagi ga masuk, kadang di ruang rapat. Yah kemana pun angin berhembus, saya ikut.

Di sini saya dibimbing oleh seorang mentor, namanya Pak W (nama asli disamarkan biar lebih etis :p). Dan Pak W ini memerintahkan bawahannya, Pak R, untuk menjadi pengawas saya. Beliau baru di divisi ini dan juga hidup nomaden karena belum mendapatkan meja kosong. Dan seringnya, Pak R dan saya (yang terpaksa harus diajak juga) terdampar di ruang rapat. Hikmahnya, justru karena saya ga punya tempat duduk sendiri, saya jadi sering diajak ikutan rapat-rapat internal mereka. Hehe.

Dulu saya kira rapat kantoran pasti serius-serius gitu. Tapi ternyata ngga juga kok. Bapak-bapak itu banyak yang hobi bercanda di tengah rapat--tapi tentu di saat yang tepat. Dan mereka juga sangat kritis terhadap permasalahan yang dipaparkan di rapat. Jadi, rapat berjalan dengan santai tapi serius. Dan di setiap rapat, pasti selalu ada kue-kue yang enak. Plus abis rapat biasanya selalu dapet makan siang yang enak. Malah kadang-kadang saya juga diajak untuk makan siang rame-rame di luar lho, ditraktir tentunya :)

Oh ya, bapak-bapak ini juga tampaknya mengenal dengan sangat baik perusahaan tempat mereka bekerja. Pernah dong pas saya lagi menanyakan tentang kebijakan perusahaan, bapak mentor saya langsung menyuruh saya membuka policy perusahaan sekaligus ngasih tahu halaman berapanya. Bapak pengawas saya juga sama seperti itu. Wow, daya ingatnya bagus sekali yaa 0_0

Dan saat awal-awal masuk magang, saya masih serajin itu. Berangkat jam tujuh teng karena takut terlambat. Kalo nyampenya kepagian, saya biasa sarapan dulu di warung kupat tahu di samping Telkom. Serius deh enak banget kupat tahu-nya. Oh iya, di depan Telkom situ juga ada yang jualan jus buah yang enak. Terus letak Telkom ini strategis banget; deket Saribundo, deket RM Ciganea, pokoknya banyak sumber-sumber makanan enak di dekat kantor. Ah, kok jadi ngomongin makanan.

Back to the topic. Setelah sekian lama cukup rajin datang di bawah jam delapan, lama-lama saya jadi makin telat ngantor. Sampai-sampai pernah saya terlambat setengah jam. Yah, tapi emang di sananya saya juga ngga banyak kerjaan sih. Kebanyakan tugas saya ya belajar dan mencicil tugas akhir. Kadang juga diminta presentasi tentang topik tugas akhir di hadapan bapak-bapak se-divisi. Seneng sih, saya jadi dikasih banyak feedback. Tapi yah.. sejujurnya sih seringnya saya ngerasa bosaaaannn kalau kerjaannya cuma stay di depan laptop selama delapan jam setiap harinya. Bosen disuruh baca-baca melulu. Tapi kata pengawas saya, begitulah pekerjaan orang di CRM saat ini. Belajar lebih dalam mengenai manajemen resiko untuk perusahaan.

Salah satu pengalaman yang tak terlupakan adalah tentang jurnal harian magang yang harus dibuat setiap harinya. Pertama kali mengumpulkan, saya langsung ngumpulin jurnal untuk sebulan. Eh, ditolak. Katanya format saya kurang oke dan beliau memberikan contoh format jurnal dalam bentuk tabel-tabel. Oke, lalu saya buatlah dengan format baru itu. Dan ketika saya kumpulkan lagi di akhir bulan kedua... jreng-jreng, ternyata saya harus ubah format lagi. Katanya, keterangannya kurang jelas. Padahal waktu itu saya lagi ada tugas-tugas lain selain tugas bikin jurnal. Dan saya harus ulangin lagi tugas jurnal-menjurnal yang absurd itu (ini tugas memang tujuannya hanya untuk melengkapi 168 halaman persyaratan minimal laporan magang). Ow ow -______________-

Yah, mungkin begitulah dunia kerja. Harus siap terus-menerus dikoreksi atasan. Dan dengan segala kejenuhan lainnya di tempat kerja, banyak teman saya jadi benar-benar meneguhkan hati menjadi entrepreneur ketimbang kerja kantoran.

Secara keseluruhan, dunia kerja memang berbeda dengan dunia kuliah. Kerasa aja lebih individualistis. Dan sekali lagi, bosan rasanya hidup dalam lingkup yang sempit. Apalagi saya tidak punya kerjaan yang benar-benar kerjaan profesional di sana, jadi kerasanya lebih membosankan lagi. Tapi Alhamdulillah, bapak-bapak dan sekretaris-sekretaris di sana semuanya baik-baik. Saya sering dikasih jatah makanan *duh makanan lagi*. Bahkan saya dikasih oleh-oleh waktu ada yang training ke luar negeri. Kadang juga ada yang ngajak diskusi macem-macem, dari ngomongin pemerintahan, hukum Islam, sampai curhat tentang pendidikan anaknya.

Begitulah, selintas pengalaman saya selama magang :) :) :)

Livestock and Greenhouse Gas

picture taken from here

Mungkin udah banyak yang tau juga tentang hubungan antara ternak dan gas rumah kaca.

Yap, gas yang keluar dari sendawa hewan ternak seperti sapi, kambing, dan biri-biri mengandung gas metana (CH4), salah satu gas rumah kaca yang bahkan lebih berbahaya daripada gas karbondioksida (CO2). Metana memiliki kemampuan memerangkap panas dua puluh kali lipat dibanding karbondioksida untuk setiap molekulnya.

Diilustrasikan, sekawanan ternak yang sedang bersendawa memiliki efek yang lebih buruk ketimbang serangkaian mobil Hummer yang menyala. Sendawa hewan ternak merupakan salah satu kontributor utama dari gas metana di bumi ini. Menurut pakar iklim, satu ekor sapi dapat menghasilkan 600 liter metana per harinya. Dan totalnya ada sekitar 1.3 miliar sapi di dunia. Baru sapi saja lho.

Bagi saya, fakta ini cukup menarik. Selama ini kita selalu bicara tentang polutan dari industri, kendaraan bermotor, dan penggundulan hutan sebagai penyebab global warming. Ternyata, dari hewan ternak pemamah biak yang sehari-hari dagingnya kita makan pun diam-diam menyebabkan ancaman untuk atmosfer kita.


source:



Holiday

Berhubung akhirnya saya liburan ini ga boleh kemana-mana sama orangtua, yasudah.. akhirnya saya purely berlibur di rumah. No Karimun Jawa, No Pangandaran, Nowhere.

Sekarang saya hidup dengan pola a la kalong pengangguran. Tidur di atas jam dua belas, bangun di atas jam sembilan. Makan minimal lima kali sehari (belum termasuk cemilan). Kalau ga nonton tivi, ya internetan atau baca komik dan buku lainnya (dari kemarin saya sedang berusaha namatin satu buku tebel yang udah saya beli dari berbulan-bulan lalu tapi masih stuck di bab kedua).




Sangat tidak produktif -_-

Ah seterusnya saya mau namatin buku, belajar photoshop, banyak-banyakin nge-post di blog (belajar nulis ceritanya walau isinya nyampah sekalipun), dan setidaknya agak-agak mencicil chapter 1-3 tugas akhir. Hehe.

Kamis, 27 Mei 2010

Big Question

Ada satu pertanyaan besar yang selalu menggantung di pikiran saya. Kenapa sih banyak orang Indonesia yang segitu bencinya sama Malaysia? Sampai-sampai ada istilah "ganyang Malaysia" segala dan berbagai ungkapan kasar lainnya.

Oke. Saya tahu tentang masalah Sipadan dan Ligitan. Saya tahu Malaysia meng-klaim beberapa budaya Indonesia seperti batik, reog, berbagai lagu daerah, dan aset-aset budaya autentik kita lainnya sebagai budaya mereka. Saya tahu. Saya juga bukannya ga tersinggung dengan sikap mereka.

Tapi, coba berkaca pada diri sendiri. Jika Malaysia tidak sembarangan meng-klaim seperti itu, apakah kita masih sepeduli itu pada budaya kita sendiri? Secara pribadi, saya selalu merasa kita itu selalu terlambat bergerak. Kita biasanya baru bereaksi setelah ada "ancaman". Baru deh kita ramai-ramai menekan pemerintah untuk mematenkan kebudayaan tradisional kita. Dan setelah itu kita asik memaki-maki negara tetangga kita tersebut tanpa berkaca pada kelemahan kita sendiri.

Dan satu pertanyaan besar lagi. Mengapa sasaran kita Malaysia? Mengapa kita tidak juga membenci Belanda yang sudah menjajah kita selama 3 1/2 abad dan membangun kemegahan di negeri mereka dengan darah pribumi Indonesia? Mengapa kita tidak membenci Jepang yang walau hanya sebentar menjajah Indonesia tapi sudah berbuat kekejaman yang tidak berperikemanusiaan? Dan mengapa pula kita tidak lebih membenci Amerika Serikat yang konon banyak ikut campur dalam perekonomian dan perpolitikan negara kita?

Tidak, saya sama sekali tidak membenci negara-negara itu. Saya hanya heran saja mengapa kita bisa sedemikian membenci Malaysia tapi kita tidak pernah sebenci itu pada negara-negara yang jelas-jelas pernah lebih merugikan kita? Apa karena semua sudah lama berlalu? Atau karena media tidak pernah menghembuskannya? Tapi rasanya bahkan kakek-kakek saya yang dulunya berperang melawan penjajah pun tidak pernah mengungkapkan kebencian seperti orang zaman sekarang dengan tenang memaki-maki Malaysia. Malah kakek saya punya menantu orang Belanda and he's fine with it. Saya juga senang-senang saja karena sepupu-sepupu blasteran saya ganteng-ganteng pisan.

Dan lalu saya teringat dengan sebuah buku berjudul "The Outliers" yang dikarang oleh Malcolm Gladwell. Di sana ada tulisan tentang semacam "index keseganan". Contoh yang diberikan sih tentang kecelakaan pesawat, di mana banyak kecelakaan terjadi karena tingkat keseganan co-pilot yang tinggi terhadap pilot mereka sehingga para co-pilot itu tidak berani memperingati pilot secara terang-terangan ketika mereka menyadari ada bahaya yang mengancam.

Dan somehow, saya berpendapat bahwa mungkin karena itulah orang Indonesia lebih bisa membenci Malaysia daripada penjajah Barat. Kita menganggap Malaysia adalah bangsa yang setara dengan kita. Kita berani jotos-jotosan sama mereka. Tapi, Amerika, Belanda, dan Jepang jelas adalah negara yang jauh lebih maju daripada kita. Kita segan terhadap mereka. Apalagi secara tidak langsung, status terjajah beratus-ratus tahun dengan disuguhi kedigdayaan negara-negara penjajah itu mungkin secara tanpa sadar membentuk mental kita untuk "segan" dan "hormat" terhadap mereka. Well, selain ada fakta bahwa orang-orang asing itu potensial untuk ditipu ketika menjadi turis di negara kita. Beli cendramata etnik seharga 2 ribu perak dan para turis itu tidak akan keberatan membeli lagi dengan harga sepuluh kali lipatnya. Bagaimanapun, pembeli yang paling menguntungkan adalah maharaja bukan?

Well, kesimpulan saya tentu bukan tentang "mari membenci negara-negara lain yang sudah merugikan Indonesia". Astagfirullah, ngga yaaa.. Yang saya inginkan adalah daripada kita ngomong dan memaki-maki terus tentang negara lain, lebih baik kita melakukan hal nyata untuk negara kita. Ngomong kasar gitu perasaan cuma bikin nambah kesel dan nambah dosa. Efeknya apa? Malah bikin semakin ngga damai negeri ini. Lagipula kok saya curiga ya banyaknya media informasi ini malah bikin praktek divide et impera alias adu domba semakin subur. Ngga usah pedulilah kalau ada orang negara lain yang menghina-hina kita. Orang terpelajar tuh harusnya pakai cara cerdas, bukan dengan cara-cara kasar.

Kalau kita pelajar, jadilah pelajar yang baik dan bermoral. Yang nantinya akan membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang makmur dan ngga korup. Yang nantinya bisa memberikan kontribusi ke tingkat dunia sehingga Indonesia tidak dicap sebagai negara miskin yang "tertinggal" lagi. Jangan lupa bayar pajak (Bismillah, semoga pajak yang kita berikan benar-benar digunakan untuk kepentingan yang semestinya). Berikan yang terbaik untuk negara di mana kita tinggal di atas tanahnya, makan-minum dari hasil buminya, dan mencari rezeki dari potensi di dalamnya.

Dan kalau mau menjaga kebudayaan tradisional kita, ikutlah berpartisipasi dalam melestarikannya.. nih contoh kecilnya ikut unit kebudayaan tradisional seperti saya :p

Demikian tulisan sok tahu dari saya yang sebenar-benarnya masih sangat kurang ilmu ini, semoga tidak ada pihak yang tersinggung.

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu. (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS. Al-Baqarah 2:190).

Selasa, 25 Mei 2010

Naksir Berat

Belakangan ini, saya jadi lumayan tertarik dengan dunia fotografi. Kalau lagi jalan-jalan, kurang lengkap rasanya kalau nggak motret-motret terus hasilnya dipamerin via facebook atau blog. Hehe.

Kepengen sih saya punya DSLR; hasil jepretannya jernih dan tajem banget! Tapi sayang harganya juga mahal.. Buat saya yang nggak jago ngatur keuangan ini, susah rasanya kalau sekarang saya menabung untuk DSLR. Maklum, lebih suka makan daripada nabung :p Jadi, saya belinya nanti-nanti aja deh. Kalo udah punya penghasilan sendiri dan bisa nabung dengan lebih baik (wajib!--> menabung itu kelemahan saya banget, padahal saya ga doyan belanja lho selain belanja makanan dan buku).

Dan sekarang, saya lagi suka banget sama toy camera semacam Lomo, Superheadz, Octopus, Mr. Macro de el el. Terutama sih, saya lagi naksir berat sama kamera eximus:


Keliatan banget memang seperti kamera mainan. Ringkih, udah gitu masih pake roll film pula. Zaman sekarang di mana tinggal colok memory card atau kabel data kalau mau mindahin foto, ini masih pake sistem cuci-cetak. Jadi inget kamera jadul punya bapak saya yang waktu SD-SMP dulu sering saya pinjam tiap ada acara di sekolah. Entah study tour, pentas seni, atau perpisahan. Kalau udah abis filmnya, saya harus ke toko fuji film untuk nyetak (setengah jam jadi kalau lagi sepi). Dipikir-pikir, digitalisasi bikin kita lebih menghemat waktu yaa.

Back to the eximus topic. Overall, this camera looks cute right? Saya suka sekali warna putih dengan aksen birunya.

Tentang masalah keribetan dengan kamera analog.. mungkin di situ pula letak seninya. Bayangin, kita ngga tau hasil jepretan kita sampai fotonya dicetak. Ibaratnya, saat mencetak foto adalah saat kita membuka kotak kejutan. Soalnya waktu kita menjepret objek, kita ga bisa nebak-nebak apakah hasilnya bagus atau malah gagal. Anggap saja itu sisi yang cukup romantis dari kamera tipe ini :)

Dan by the way, hasil gambar toycam ini... wah, ga nahan deh! Tadi saya banyak googling dan tumblring nyari foto-foto jepretan eximus, dan hasil warnanya bisa dibilang "tipe saya banget". Kayak lukisan deh. Nih beberapa gambar hasil jepretan toycam ini:



taken from here

taken from here

taken from here

Keren kaaan? Yah, memang sih sekarang ada fitur komputer yang bernama photoshop. Dengan kamera digital juga bisa dibuat efek warna seperti gambar-gambar di atas. Tapiiii... rasanya lebih seneng kan kalau hasilnya alami :D

Dan by the way, rentang harga kamera eximus ini sekitar 400-450 ribu. Cukup terjangkau sebenarnya.... yah, entahlah. Kalau dipikir, bagaimanapun lebih praktis membeli pocket digital kamera biasa kan?

*mikir, mikir, mikir*

Minggu, 23 Mei 2010

The Gown

Jadi, di suatu masa dalam kehidupan saya, saya melihat sebuah gaun yang sangat cantik di sebuah toko mungil di tepi jalan. Jenis gaun yang bagaikan gaun tuan putri dalam dongeng masa kecil saya. Warnanya putih bersih, lengkap dengan renda dan pita-pita kecil yang manis. Gaun yang saya impikan untuk bisa saya kenakan suatu hari nanti. Gaun yang saya harapkan untuk membuat saya bagaikan tuan putri yang cantik.

Dan akhirnya setelah bolak-balik melewati toko itu dan memandanginya dari etalase, saya berkeinginan untuk memiliki gaun itu. Lalu masuklah saya ke dalam toko yang dekorasinya juga sangat manis—warnanya dindingnya putih dengan semburat merah muda, sedangkan lantainya pualam lembut. Tempat yang menyenangkan dan sangat nyaman, hati ini rasanya menjadi hangat.

Lalu dengan telapak tangan saya yang telanjang, saya sentuhlah gaun putih itu. Halus sekali kainnya. Saya telusuri dari bagian leher gaun itu hingga ke renda-renda di bagian bawahnya. Rasanya sangat sempurna. Saya begitu berbahagia seperti saya menemukan harta karun di pulau terpencil.

Kemudian, saya ambil gaun itu.. setengah berlari kecil, saya menuju kamar pas. Saya kenakan gaun itu perlahan-lahan. Saya telusupkan dari kepala saya hingga gaun itu menyatu dengan tubuh saya. Saya sentuh lagi kainnya yang lembut, seperti membelai bayi.

Dan saya tataplah cermin di ruang itu. Cermin besar dengan bingkai perak. Lalu saya menyadari…. gaun cantik itu tidak cocok untuk diri saya. Aneh, ada yang salah. Ukurannya tampak tepat tapi ternyata gaun itu tidak dapat membalut tubuh saya dengan sempurna. Dan tentunya, gaun itu tidak membuat saya bagaikan tuan putri.

Ah saya sungguh kecewa. Saya lepas gaun itu. Ya, gaun itu tetap cantik dan begitu anggun. Tapi sayangnya ternyata tidak pas untuk diri saya. Dan bukan karena tubuh saya yang salah. Tidak ada yang salah pada ciptaanNya. Hanya saja… memang gaun itu tidak cocok saya kenakan. Mungkin garis-garis jahitannya, modelnya, atau warnanya yang memang tidak sesuai dengan tubuh saya. Oh, dan entah mengapa rasanya sesak ketika mengenakannya.

Saya sedih. Saya menginginkan gaun itu, gaun yang ada dalam impian saya. Tapi ternyata gaun itu membuat saya terlihat buruk… dan apakah saya harus terus berkeras untuk memiliki gaun itu?
Tidak. Tentu tidak. Saya tak yakin untuk mengenakannya lagi karena akan terasa sangat tidak nyaman untuk diri saya. Untuk apa? Gaun impian saya seharusnya adalah gaun yang jatuh dengan begitu indah di tubuh saya.

Bukan salah gaun itu, bukan salah diri saya pula bukan?
Saya menginginkan gaun itu, bukan berarti saya akan memaksa untuk memiliki gaun itu karena memang tidak membuat saya secantik impian saya.
Karena itu, saya letakan gaun itu kembali pada tempatnya di depan etalase. Gaun itu akan lebih tepat dikenakan ‘tuan putri’ lainnya yang sesuai.

Sementara saya? Saya mungkin perlu menelusui beberapa blok jalanan lagi, menemukan toko mungil lainnya di persimpangan jalan di mana dipajang gaun lain yang benar-benar didesain hanya untuk saya.. gaun putih berenda-renda. Dengan brokat cantik dan taburan kristal yang berkilauan.. yang akan membuat saya sungguh terpesona. Gaun milik saya seorang diri yang membuat saya seperti putri yang anggun….

*dicopas dan sedikit diedit dari post tumblr saya tahun lalu*

Rabu, 19 Mei 2010

The Collection






Selama saya kuliah, saya bersyukur sekali ibu dan mbak saya masih menjaga koleksi komik saya dengan baik. Komik-komik saya tersusun rapih di lemari di kamar tidur saya, urut berdasarkan judul dan nomor. Sebagian ada yang saya bawa juga ke Bandung saat kuliah. Sebagian ada yang hilang (hiks). Saya yakin, kalau ditotal dari SD, koleksi saya harusnya sudah lebih dari 1000 komik tapi sekarang mungkin hanya tersisa beberapa ratus saja :'(

Senin, 17 Mei 2010

A Bus Trip to Home

Setelah cukup lama saya tidak pulang ke Cilegon, akhirnya kemarin saya memutuskan untuk kembali ke rumah. Jadwal UAS saya hanya di hari Kamis dan Jumat, jadi ada beberapa hari lowong dari Sabtu hingga Rabu. Tapi, karena Sabtu saya masih mengerjakan tugas International Business and Trade, jadi saya memilih hari minggu untuk cabut dari Bandung.

Tidak banyak yang saya bawa, hanya goodie bag hadiah field trip ke PGN yang saya isi dengan charger laptop, selembar baju, dompet, hand phone, dan beberapa lembar bahan ujian VCB plus tentu saja laptop saya tercinta, Dellino.

Sekitar jam delapan, saya sudah duduk manis di pangkalan bus damri di daerah Dipati Ukur. Lengkap dengan 'sarapan' french fries dan mcflurry (dibeli pake kupon gratisan dari temen). Tampak ramai di dekat Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat. Maklum, hari minggu pagi adalah hari di mana wilayah Gasibu dan sekitarnya menjadi pasar kaget yang menjual berbagai barang murah-meriah.

Setelah cukup sarat oleh penumpang, bus pun segera tancap gas. Saya buta peta, tapi setahu saya jalur bus ini melalui dago, daerah pasar baru, tegal lega, dan akhirnya sampailah saya di terminal bus Leuwi Panjang setelah kurang lebih setengah jam perjalanan. Oh iya, sekarang ongkosnya jadi Rp 2000 pas, padahal baru beberapa bulan yang lalu masih Rp 1800 (beda 200 doang sih, kondekturnya males juga kali ya harus nyiapin recehan kembalian terus)

Saya memang selalu pulang dengan bus jurusan Bandung-Merak (kalau ga bus Arimbi, Bima Suci, ya Armada Jaya Perkasa). Dulu pernah ada travel Bandung-Cilegon, tapi terakhir saya dengar mereka sudah tidak mengoperasikan jurusan itu lagi. Rugi kali ya. Kasihan mereka. Kasihan juga para penumpang yang ingin menghemat waktu perjalanan. Maklum, kalau naik travel waktu tempuhnya paling lama 4 jam sementara dengan bus waktu tempuhnya bisa sampai 6 jam.

Mengapa demikian? Pertama, di Leuwi Panjang, kita harus nunggu bus-nya sampai cukup penuh baru bisa berangkat. Kedua, kalau naik Arimbi atau Bima Suci, bus-nya harus lewat Tangerang dan berhenti di pool Cikokol (bisa sampai setengah jam lho). Terakhir, bus juga akan berhenti di Terminal Pakupatan Serang untuk nunggu penumpang lagi.

Kalau sedang tidak dikejar waktu, saya cukup menikmati perjalanan dengan bus. Murah (tiketnya 50 ribu, kalau pake travel bisa dua kali lipatnya) dan entah mengapa, saya lebih bisa tidur di bus daripada di travel. Lagipula, naik bus ngga perlu repot-repot mesen dulu: tinggal dateng, duduk, dan kondektur pun menagih uang tiket. Tapi, kalau lagi musim pulang kampung, saya pernah ngga dapet bus sampai jam 8.30 malam saking ramainya orang-orang. Sampai rumah jam 2 dini hari deh.

Biasanya saya tidur di sepanjang Cipularang. Melek-melek, eh udah di Jakarta aja. Abis itu, karena ngga ada kerjaan lain selain memandangi gedung-gedung, biasanya saya tidur lagi hingga lewat wilayah Jakarta. Barulah setelah mencapai limit alias udah ngga bisa tidur lagi, saya menyimak pemandangan di luar (btw, saya selalu memilih tempat duduk di deket jendela). Kadang saya juga suka ngobrol sama orang di sebelah saya. Biasanya sih tipe yang sering ngajak ngobrol adalah bapak-bapak tua yang kebanyakan menceritakan tentang masa muda dan anak-anak mereka yang sekarang sudah menjadi orang berhasil. Eh pernah juga lho saya disuruh ngejagain bayi lucu waktu sang ibu mau ngebeli makanan dulu di luar bus saat bus berhenti di pom bensin.

Ya, rasanya lebih banyak "kehidupan" yang bisa dilihat di bus serta kendaraan umum lainnya.

Dan selama ini aman-aman aja kok naik bus. Yang ngegangguin paling cuma alay-alay yang sok-sok ngajak kenalan. Tinggal didiemin dan dijutekin juga mereka bakal enyah sendiri. Malahan waktu naik travel, saya pernah digangguin bapak-bapak yang berkali-kali ngajak saya ikut ke rumahnya. Iyuuuhhhhhhhh!!

Begitulah, Alhamdulillah karena kemarin berangkat pagi, waktu tempuh saya cukup 5 jam saja. Tidak ada teman mengobrol sepanjang perjalanan dan yang saya lakukan hanya memperhatikan tetesan-tetesan air yang bergerak seperti kecebong di kaca jendela (serius, ini lucu dan menarik lho).

Tibalah saya di rumah dengan utuh, disambut dengan peluk cium oleh ayah dan ibu saya tercinta :)

NB: rumah saya letaknya di pinggir jalan raya yang dilewati bus, jadi setelah turun dari bus saya cukup berjalan kaki kurang dari 15 meter dan sampailah di gerbang rumah :)


Sabtu, 15 Mei 2010

Current Obsession: Audrey Hepburn






Dua hari ini, saya terobsesi pada sosok seorang aktris terkenal tahun 1950an: Audrey Hepburn.

Sampai-sampai tumblr saya penuh dengan reblog foto-foto dia. Bahkan saya spesial nge-follow tumblr yang khusus didedikasikan untuk Audrey Hepburn, ourfairlady. Dan tentu saja saya ga lupa searching biografinya juga di internet. Freak sih tapi bodo amat. Haha.

Padahal, sebenarnya saya baru satu kali menonton filmnya yang berjudul Charade. Itu pun ga sengaja karena kebetulan diputar di tv kabel. Di film itu, dia berpasangan dengan Cary Grant (menurut saya, aktor yang satu ini seperti George Clooney-nya zaman sekarang). Audrey berperan sebagai seorang janda yang suaminya dibunuh dan meninggalkan harta yang sebenarnya adalah harta curian perang dunia kedua.

Selain Charade, film-film lainnya yang legendaris adalah Roman Holiday (she won Oscar for this movie), Breakfast at Tiffany's (fashion style-nya di film ini sangat memorable) dan My Fair Lady.


Ya ampun, saya ga ngerti lagi kenapa di dunia ini pernah terlahir orang secantik Audrey Hepburn. Mukanya klasik banget deh, cantiknya paraaaahhh. Saya ingin menggambarkannya dengan kata-kata, tapi susah sekali menjabarkan kecantikan semacam ini. Fyuh.

By the way, setelah mengundurkan diri dari dunia perfilman, Audrey Hepburn mengabdikan diri sebagai duta UNICEF dan berkeliling dunia membantu orang-orang miskin hingga ia meninggal dunia karena kanker di tahun 1993.


Well, ada satu hal lagi yang menarik dari seorang Audrey Hepburn. Ia sangat menyukai anak-anak. Bahkan ia sampai memutuskan hubungannya dengan William Holden (yang juga seorang aktor) setelah tahu bahwa ternyata Holden sudah divasektomi. Dan Audrey juga pernah memelihara seekor anak rusa yang diberi nama Ip.

Ah, saya harus menonton semua film-filmnya!

(dipost sambil nge-buffer trailer Breakfast at Tiffany's)

Random Things I Love to Do :)

1. Jalan dari gerbang belakang ke gerbang depan (tentu saja maksudnya jalan dari SBM ke sekre PSTK). Biasanya ngambil rute lewat belakang GSG-labtek biru-Indonesia Tenggelam-lorong samping CC Timur (selasar plano dll). Apalagi kalau jalannya sore-sore pas angin sepoi-sepoi dan langitnya bagus. Lebih suka lagi kalau ga sengaja ketemu teman yang udah lama ga ketemu di sepanjang perjalanan :D By the way, kampus memang paling cantik di sore hari.

2. Jalan malam di Cisitu. Biasanya kalau terlalu gerah di kamar (tau nih, kosan saya sirkulasinya ngga bagus.. sering ngerasa gerah) atau sedang galau, saya suka jalan-jalan malam di daerah Cisitu. Biasanya jalannya cukup sampai ke deket Sangkuriang, terus puter balik lagi ke kosan. Sekalian jajan es pisang ijo atau ultramilk strawberry (ini susu favorit saya banget). Emang daerahnya mahasiswa banget sih, jadi rasanya aman dan menyenangkan (sering ketemu temen pula di jalan).

3. Baca komik-yang-sudah-lama-dinanti-dan-akhirnya-terbit-juga sambil tidur-tiduran di kasur dan nyemil cokelat. Apalagi kalau kamarnya lagi rapih dan lagi ngga ada tugas atau kewajiban apapun. Senang sekali x)

4. Jalan bersama teman-teman, terutama dengan menumpang mobil Iki Sulaiman. By the way, Iki Sulaiman ini adalah Pangeran Tuban yang setelah penantian bertahun-tahun, akhirnya berhasil 'mempersunting' Putri Wonosobo, Kinanti Marta Nuraida (selamat!). Mungkin karena memang tabiat pemilik mobil yang ajaib, suasana di dalamnya dipastikan selalu ramai dan penuh lawakan. Apalagi teman-teman saya yang lain juga banyak yang sakit jiwa, jadi selalu adaaa ajaa kegilaan yang bikin sakit perut.

5. Naik motor. Bagi saya, naik motor (diboncengin pastinya karena saya ga bisa nyetir motor) itu lebih seru ketimbang naik mobil. Langsung bersentuhan dengan udara luar, lebih lincah karena bisa nyalip-nyalip (asal nyalipnya ber-etika ya), dan bisa masuk-masuk ke gang-gang kecil. Tapi saya ga kepengen nyetir motor sendiri, lebih suka diboncengin (bukan apa-apa, saya ini orangnya panikan.. nyetir motor kan sebenernya cukup berbahaya).

6. Dipijat. Wah, apalagi kalau abis ngumpulin tugas atau bercapek-capekria. Dari kecil saya emang udah sering dipijat berkat hobi ibu saya yang juga sangat suka dipijat (biasa, anaknya suka ikut-ikutan). Keluarga saya bahkan sampai punya tukang pijat langganan yang bisa dipanggil ke rumah. Kalau di Bandung, biasanya saya cukup creambath aja (tujuannya bukan demi rambut sehat tapi untuk dipijat). Tapi sayangnya saya ga bisa sering-sering creambath, duit terbatas soalnya.

7. Berada di tengah buku-buku dan stationery yang lucu-lucu. Apalagi kalau kebetulan lagi ada buku bagus yang terbit dan pas lagi punya uang juga. Dan salah satu tempat favorit saya di SBM adalah perpustakaannya. Sepi, tenang, ber-wifi, dan ada koleksi National Geographic (termasuk yang versi Traveller!). Sampai-sampai bisa ketiduran kalau lagi di sana. Untuk stationery, saya paling freak sama pensil mekanik yang merk-nya Pentel. Warna-warni, langsing, kuat, enak dipakai, ga mudah rusak... tapi gampang ilang! >.<

8. Wisata kuliner. Haha. Kayaknya saya pernah ngepost betapa saya sangat suka makan-makanan enak. Bener deh, kalau uang saya ga terbatas pasti sekarang saya udah gendut banget. Nih tempat makan favorit saya: ayam cobek cisitu, sate cisitu, soto bukit dago, sate padang antapani, sambel hejo, bajak lauk, ayam sultan agung, bebek borromeus, bebek ayayo, bebek balap, pecel balubur, javan steak, sari bundo, iga si jangkung, sop buntut dahapati.. wah banyak yang enak-enak memang di Bandung! Kalau untuk makanan jenis appetizer atau dessert, favorit saya tetap cheese cake dari chizz dan frozen yogurt.

9. Berada di sekre PSTK. Meski cuma diem-diem aja, tapi saya merasa tenang berada di sana (berasa jauh dari pertugasan :p). Walau ngga bisa bahasa Jawa, saya juga senang-senang aja ngedengerin yang lain pada ngobrol pake bahasa Jawa. Rasanya juga damai berada di tengah suasana yang tradisional (di antara gamelan, jarik, blangkon, dan wayang) dan juga di tengah teman-teman yang seperti saudara sekampung halaman (padahal rumah saya di Cilegon haha).


Sekian dulu ah~ :D

Kamis, 13 Mei 2010

Fixing Up My Life

I want to fix my life up... upgrade it to have a better one

It's not that I'm not satisfied with my current life

I'm happy, very happy now

But, there are still many things I should repair about myself

And yeah.. I think I'm not fully grown up yet

I have many questions inside my head

But I know, the secrets won't revealed until the right time

Be patient, Arres... as your Mom always told you

While you were waiting for answers, there are two things that you have to do

Fix up your life, be a good person

Get closer to God, be grateful for His bless everyday

Senin, 10 Mei 2010

.... Tugas Oh Tugas

Walupun jiwaku tetap terluka
Hingga nyaris bunuh diri
Wanita mana yang sanggup hidup sendiri
Di dunia ini

Oke, ini jam setengah 3 pagi dan saya baru saja tiba di kosan dengan utuh. Alhamdulillah. Dan seriusan ya, selama tadi saya naek ojeg, lirik Sang Dewi di atas terus mengalun di telinga saya. Terutama bagian "hingga nyaris bunuh diri". Ga bercanda ini.

Begitulah, tiap deadline tugas besar rasanya selalu sama : D.I.E

Semester ini tugasnya membuat internship report dengan persyaratan minimal 168 halaman (macem-macem aja emang, lu pikir gw dewa bacot???). Di saat seperti itulah, fungsi Ctrl+C dan Ctrl+V ibarat Dewi Kwan Im yang datang ketika Biksu Tong, Kera Sakti, dkk membutuhkan pertolongan. Asal jangan lupa cantumin sources-nya ya.

Jadi, tugas saya sebenernya udah siap diprint dari jam 9 malem tadi. Langsung deh saya cabut ke Sultan Global (tempat ngeprint paling populer di kalangan mahasiswa-mahasiswi SBM: murah, terpercaya, dan bisa ditawar) dianter salah seorang temen PSTK saya yang secara tak terduga berbaik hati bersedia ngasih tebengan. Malang tak dapat diraih, mujur tak dapat ditolak... sampai di sana, ternyata data di flash disk saya ga kebaca dong. Gambar-gambarnya jadi ga muncul gitu. Hauuuuuukkk~~

Ya sudahlah, setelah menarik nafas panjang, saya memutuskan untuk balik lagi ke kosan. Eh, makan soto dulu ding, laper seharian ngurung diri tanpa cemilan. Sekalian ngobrol-ngorbol. Nyampe di kosan udah jam 10an aja. Dengan santai, saya lalu melengkapi attachment yang belum kelar. Dan ketika saya mau memeriksa data di flash disk yang harusnya saya print tadi.... JRENG JRENG datanya rusak dong. Tulisannya corrupted gitu!

Langsung lemaslah saya. Beneran deh. Saya nangis-nangis setengah meraung-raung. Apalagi karena saya tidak menyimpan back up data versi lengkapnya di laptop. Adanya data yang masih kurang 20 halaman lagi. Itu suram. Banget. Sambil berlinangan air mata, saya lalu berusaha melengkapi kembali data yang kurang-kurang itu. Dan jam telah menunjukan pukul setengah 12 malam.

Lalu, setengah masih ga percaya bahwa data saya rusak, saya lalu kembali membuka-buka flash disk saya lagi. Daaaannn.............

Ternyata saya tadi salah buka file!! Yang corrupted itu bukan data utama saya! Data benerannya masih selamat dan seutuh itu. Ini gara-gara saya lupa ngasih nama file-nya apa... hohoho. Aduh malunya sayaaaa, udah pake nangis-nangis suram segala pula.

Dan karena saya khawatir akan terjadi macem-macem lagi, saya memutuskan untuk ke Sultan Global saat itu juga. Jam setengah 1 pagi. Dengan harapan masih ada tukang ojeg yang begadang di pangkalan Alpina. Harapannya ga terkabul sih, jadi saya akhirnya jalan kaki sendirian di sepanjang jalan Cisitu (saya ga lewat Dago Asri karena saya ga hapal jalan.. hehe). Untungnya masih ada aja orang-orang keliaran jam segitu, jadi saya ga gitu ngerasa ngeri. Tapi tetep sih saya menghindar untuk melihat ke arah atas, takut ada putih-putih melayang.

Dan begitulah, saya tiba di Sultan Global dengan selamat, me-ngeprint dengan gemilang, lalu kembali lagi ke kosan. Alhamdulillah.

Ah, tapi besok pagi saya masih harus ke Telkom minta tanda tangan mentor dan ngambil daily report yang udah ditandatangani. Demi kecantikan dan kesegaran masa muda, saya tidur dulu yaa :D

Jumat, 07 Mei 2010

Current Condition

Yes, now I am zombie.... mayat hidup. Berdarah-darah. Haus akan darah. Grawwwwrrr...




Thanks assignments :)

Rabu, 05 Mei 2010

Do As Infinity

Pagi ini saya baru saja mendownload kembali album-album mereka.

Do As Infinity adalah salah satu band Jepang favorit saya sejak SMP. Tepatnya, sejak saya mendengar lagu Fukai Mori yang menjadi ending song Inuyasha. Hehe, waktu SMP saya memang lagi gila-gilanya sama Jepang-Jepangan. Dulu, majalah favorit saya Animonster, stasiun TV favorit saya Animax, dan cita-cita saya menikah dengan orang Jepang (yang terakhir bohong ding).

Awalnya, Do As Infinity ini terdiri dari tiga personil: Von Tomiko (vokalis), Owatari Ryo (gitar), dan Dai Nagao (composer, gitar). Yang saya tahu, Dai Nagao lalu keluar dan beberapa lama kemudian band ini bubar. Tapi horeee... tahun 2008 kemarin Do As Infinity kembali bersatu :)

Saya sendiri paling suka sama karakter vokalnya Von Tomiko yang agak berat dan unik. Bukan tipe suara ringan-imut seperti banyak penyanyi Jepang lainnya. Cantik pula. Lagu-lagu band ini juga enak banget didengar walau ngga tau arti liriknya (dan kalo baca translation-nya, artinya suka dalem).

Lagu favorit saya: Fukai Mori, Tangerine Dream, Shinjitsu no Uta, dan Heart :)

Hohoemi mo namida mo subete wo
Uketomete ikiteku mirai ni~ Tangerine Dream
(A future where we can live,
Accepting everything from smiles to tears)

Selasa, 04 Mei 2010

Behind The Scenes : Photo Shoot


Tambaksari Restaurant-Jogja
(tengkleng, sumsum, gulai, sate urat, ayam goreng)

backstage artists

Malioboro Street


Srabi Notosuman-Surakarta


After the show


Inside the car


Dancing on the Stage : Photo Shoot




The Stage

Lollipops


Story from Riau


Waves

Opaque


Senin, 03 Mei 2010

Drupadi

Well, siapakah Drupadi?

Drupadi adalah putri Kerajaan Panchala yang 'dijual' melalui sebuah sayembara memanah. Adalah Karna, putra seorang kusir, yang berhasil memenangkan sayembara tersebut pada awalnya. Namun, Drupadi sang tuan putri nan cantik jelita, tak sudi bersuamikan Karna yang berasal dari kalangan bawah. Ia menolak Karna hingga akhirnya Arjuna-lah yang berhasil membawanya pulang. Seakan-akan ia hanya sekedar trophy kemenangan.

Ketika Arjuna menyampaikan berita bahwa ia memperoleh 'hadiah' luar biasa, sang Ibunda yang tidak memperhatikan 'hadiah' apa yang dibawa anaknya, malah menyuruh Arjuna untuk membagi hadiah tersebut sama rata kepada saudara-saudara Pandawa-nya. Jadilah Drupadi bersuamikan lima putra Pandawa. Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Bukti betapa anak-anak Dewi Kunti sangat-sangat memuja ibu mereka sehingga tidak ada kompromi bahkan dalam urusan untuk membagi wanita. Meski amoral sekalipun.

Hingga suatu saat, Yudhistira terlibat perjudian dadu dengan Duryodana, sang bangsawan Kurawa. Yudhistira mempertaruhkan segalanya. Harta, saudara-saudaranya, bahkan ia gadaikan dirinya sendiri. Hingga habis semua yang ia miliki dan tak ada pilihan lain selain turut mempertaruhkan Drupadi. Dan kalah. Duryodana lalu mengutus Dursasana untuk menjemput Drupadi. Karena Drupadi terus menolak, Dursasana yang berwatak kasar itu menjerat rambut Drupadi dan menyeretnya hingga area perjudian.

Singkatnya, Drupadi merasakan penghinaan yang luar biasa atas dirinya dalam peristiwa tersebut. Ia bersumpah tidak akan mencuci rambut selain dengan darah Dursasana.

Dalam sudut pandang saya, yang dirasakan oleh Drupadi adalah karma atas penolakannya terhadap Karna yang miskin. Padahal kenyataannya, Karna adalah putra Dewi Kunti yang disembunyikan. Ia juga saudara dari Pandawa lima. Jika ia memilih Karna, tidak perlu ia menjadi istri dari lima orang sekaligus. Tidak akan ia digadaikan dalam ajang taruhan.

Dan jika Drupadi ingin marah, seharusnya ia lebih murka terhadap suaminya, Yudhistira yang telah dengan seenaknya mempertaruhkan ia di dalam arena judi. Rendah sekali ketika seorang suami menggadaikan istrinya sendiri.

Jika saya Drupadi, saya akan sangat kecewa dengan Yudhistira. Murka, sedih, dan kecewa sekaligus.

Jika saya Drupadi, saya memilih untuk mencuci rambut saya dengan darah Yudhistira.

Sabtu, 01 Mei 2010

Street and Stage



Pertamakali di-briefing tentang acara World Dance Day, yang saya tangkap adalah ini merupakan suatu festival menari 24 jam yang diadakan di sepanjang jalan Slamet Riyadi, Surakarta.

Iya, kita akan menari di jalanan jam 2 dini hari. Di atas aspal bertelanjang kaki. Ada efek asap-asap dan kembang api. Terus abis kita nari, muncul Barongsai. Ya kali.

Saya pikir, semua akan berjalan dengan santai. Jadi, latihan seminggu dengan posisi badan dan hafalan yang masih kurang oke pun santailah yaa.. I don't take it too seriously. Namanya juga masih tahap belajar (dan sekalian kabur serta berlibur).

Tapi sialnya, kita (terutama saya) ditipu abis-abisan.

Kita nari bukan di jalanan. Tapi di panggung teater ISI (Institut Seni Indonesia) Surakarta. Panggung yang sama dengan panggung di video-video ISI yang menjadi referensi anak PSTK untuk belajar nari. Iya, kita menari di kandang macan lho. Jam dua dini hari. Dandannya aja jam 10 malem. Mistis.

Bukan cuma itu. Setiap kali saya mengajak kenalan penampil-penampil lainnya, mereka semua ternyata adalah penari beneran. Anak-anak jurusan seni tari dari berbagai daerah. Atau dari sanggar-sanggar tari profesional. Untuk tampil di ISI ini pun mereka sudah mempersiapkannya dengan matang. Live music, background, kekompakan, gerakan yang merupakan garapan sendiri, blah bleh bloh. Sial, salah banget saya ngajak kenalan orang-orang itu.

Rasanya pun semakin malas ketika saat giliran kami tampil si pembawa acara salah menyebut asal kami. Dan ya begitulah... Jujur, saya grogi (banget) dan banyak melakukan kesalahan. Maaf sekali PSTK-ITB. Maaf juga penontoonn :(

Oke... kalo dipikir-pikir secara pribadi sih, kapan lagi coba seorang penari cupu kayak saya dapat kesempatan nari tengah malam di panggung profesional, ditonton oleh para profesional? Pengalaman langka dan seru. Ibaratnya seperti sekali belajar menyelam langsung ketemu ikan hiu. Ya gaa? :p Tapi lain kali (walau ngga yakin ada lain kali), saya harus nari dengan lebih serius dan lebih keren biar ga malu-maluin. Hehe.

Dan Alhamdulillah, dua hari kemarin sangat sangat menyenangkaaannn. Jalan-jalan, makan makan makan, gosip sesama cewek... kabur dari segala rutinitas yang membosankan.

It's such a great escape with great friends, great food, great experiences.. Ga rugi deh pake bolos segala :p

Lima Penari Tayub dan Satu Pemain Orgen Tunggal

Itulah gambaran rombongan penari dari Perkumpulan Seni Tari dan Karawitan Jawa plus official yang akan memeriahkan acara World Dance Day di Surakarta. Lima penari dari berbagai generasi (2004-2008) berangkat dari sekre PSTK pukul setengah 7 malam menuju stasiun utara Kebon Kawung demi menunaikan misi. Tak lama, sang official yang merupakan satu-satunya makhluk berjenis pria di antara rombongan, datang menyusul… lengkap dengan orgen, topi hitam, dan harmonika. Pas sekali. Sekarang kami nampak seperti Om senang dan wanita-wanita yang akan ‘didagangkan’.

Well, kalau saya bilang lima penari.. sebenarnya salah banget sih. Penari benerannya cuma ada empat. Yang satu hanya penari jadi-jadian dengan modal nekad hanya belajar nari seminggu plus kesediaan meninggalkan kuliah dua hari dan deadline tugas 170 halaman.
Itulah saya. Penari jadi-jadian.

Kata Devi, teman saya di SBM, saya anak SBM tingkat akhir paling gila karena bisa-bisanya kabur ke Solo sementara yang lain pada GRAWRRR sama tugas kuliah dan tugas a*h*r. Yah, abis kapan lagi coba saya bisa tayuban di depan orang-orang? Siapa tau ada yang mau nyawer kan lumayan tuh buat beli tengkleng dan oleh-oleh.

Dan begitulah, kami ber-enam (saya, Mbak Indri, Mbak Cice, Mbak Dita, Diana, dan Om Wakhid) melewatkan delapan jam di kereta Lodaya menuju Jogja. Sepanjang perjalanan, kami membicarakan tentang perekonomian dunia, perang di Irak, eksploitasi ikan hiu yang merusak ekosistem, kasus perceraian artis… ya kaleee.. Khas tante-tante berkualitas, kami bergosip mengenang masa-masa muda ketika kami belum berkepala dua (kecuali Diana) dan membicarakan tujuan kami di masa depan (Ceileee). Sisanya ngorok deh.

Sampai Jogja, kami segera menjadi TKW-TKW yang ditampung di rumah sang Om senang… Terimakasih banyak untuk orangtua Wakhid yang sudah menyantuni kami dengan sarapan enak dan persinggahan nyaman dan air mandi yang sejuk.

Tapi saya harus jujur… punten ini mah.. sepertinya tadi saya mengileri kasur di kamar Anda khid :’)

NB :

Bohong kok, kita ga tayuban.. kita nari Gambyong Pareanom. Tayub itu tari pesisir yang agak-agak menggoda, sementara gambyong tari keraton (kami berlima memang sangat putri keraton sekali)



To be continued