Rabu, 07 April 2010

Hello, Global Dimming!


Barusan saja saya menonton suatu tayangan di BBC Knowledge tentang global dimming alias peredupan global. Selama ini, saya (dan saya yakin, sebagian besar dari kita) taunya kan cuma global warming atau pemanasan global saja.

Dan setelah menonton tayangan tadi, saya jadi menyadari bahwa ternyata masalah bumi jauh lebih kompleks dari apa yang selama ini ada di kepala saya...

Global dimming ini mulai disadari melalui sejumlah penelitian mengenai penguapan air. Jika bumi semakin panas, logikanya penguapan air akan semakin meningkat. Tapi berdasarkan penelitian di berbagai negara, ternyata tingkat penguapan air malah menurun. Dibuatlah kesimpulan bahwa cahaya matahari yang masuk ke bumi mengalami penurunan intensitas.

Setelah diteliti lebih jauh, proses peredupan bumi ini terjadi karena polusi hasil pembakaran energi. Partikel-partikel polusi yang berada di udara membuat awan menjadi lebih reflektif terhadap cahaya matahari sehingga menyebabkan penurunan intensitas cahaya yang masuk ke bumi (kalo di tv ada gambar simulasinya jadi lebih mudah dimengerti). Peredupan bumi ini disinyalir sebagai penyebab terjadinya kekeringan yang mengakibatkan bencana kelaparan di wilayah Ethiopia tahun 1984.

Namun, masalah tidak berhenti sampai di sini.

Melalui sebuah penelitian mengenai temperatur saat sebelum dan sesudah tragedi 11 September (di mana jalur penerbangan dihentikan total selama 3 hari), berkurangnya polutan di udara malah meningkatkan temperatur bumi. Bumi menjadi semakin panas tanpa polutan tersebut. Tapi, ini bukan berarti peredupan global adalah jawaban atas pemanasan global.

Polutan panas dan polutan dingin membuat iklim bumi malah semakin rentan terhadap karbondioksida dan gas rumah kaca lainnya. Model peramalan iklim yang dimiliki oleh para peneliti sekarang bisa saja meleset dalam memprediksi kenaikan temperatur di masa mendatang. Bisa saja perbedaannya mencapai dua kali lipat dari prediksi. Artinya, bisa semakin cepat pula bumi kita ini game over.

Jika kenaikan suhu bumi mencapai 10 derajat, maka es di wilayah kutub akan mencair dan mengakibatkan tenggelamnya kota-kota di dunia. Sementara, hutan di wilayah tropis akan terbakar. Yang paling mengerikan, suhu yang panas itu dapat menguapkan gas metan yang selama ini terkunci di dasar laut yang jumlahnya mencapai 10 milyar kubik. Gas metan ini adalah salah satu gas rumah kaca yang 8 kali lipat lebih beracun dibanding karbondioksida. Jika hal itu sudah terjadi, apapun usaha yang dilakukan sudah terlambat.

Pada akhirnya, tetap satu-satunya solusi menyelamatkan bumi adalah dengan mengurangi atau bahkan menghilangkan polusi dari bumi ini. Yah, itu kalau kita mau melestarikan keberadaan umat manusia di masa depan sih.

SAVE THE EARTH :)

(Semoga rangkuman yang saya tulis di atas cukup komprehensif dan tidak salah tangkap, maklum cuma mengandalkan ingatan. Untuk lebih jelasnya, pantengin BBC Knowledge, biasanya suka ditayangin ulang)

0 komentar: