Rabu, 31 Maret 2010

Tanggap Warsa 39 PSTK ITB



Perkumpulan Seni Tari dan Karawitan Jawa proudly presents:

TANGGAP WARSA 39 PSTK-ITB

(Tanggap Warsa is kromo inggil for "Anniversary")

3 days full of Javanese traditional culture: wayang, batik workshop, culinary festival, traditional dance, gamelan, and sendratari (see the poster for more details)

Save our culture, be there! :)

La Vie en Rose

*Judulnya ngasal doang dan tak berkaitan dengan apa yang mau saya tulis*

Setelah saya perhatikan, ternyata kebanyakan postingan saya di blog ini panjang-panjang yaa..
Yes, it takes a lot of words for me to describe the stories, I love the writing process. But I don't know whether it was effective or not.
Padahal saya sendiri tipe yang males baca blog orang yang isinya panjang-panjang, kecuali emang kalau postingannya menarik. Hehe.

Karena itu, lain kali saya juga akan nge-post dengan kalimat yang ga panjang-panjang deh (kecuali kalau ceritanya memang panjang) :D

Senin, 29 Maret 2010

Random





I don't know.. sometimes I feel so random.
I want to cry but can't find the reason why I have to cry
I want to laugh but there's no such funny things to laugh at
My mind, my heart.. they're going somewhere
Hard to focus, unconsciously I trap myself inside this circle
That's why I need people around
They keep me staying on earth, they take over my vision
Even though I don't say anything at all.. me with my silent mouth
I don't know.. sometimes I miss my childhood
Call me spoiled, but I just want to hug my mother now
Tell her I did many mistakes, I worried many things on my future
And I know my mother will simply tell me "don't worry, everything will be okay"
Sometimes I feel alone when I enter my bed room
And find the wall hiding the sun behind
I want to make it fall into pieces
Shouting out my thoughts
Then I can run, run, run
But where do I go?
The blank point will still exist, no matter where I am...

I don't know, this 3-day nonstop headache has messed me up
.... or maybe I just forget to be thankful?

update : then everything's going fine after I eat a bowl of muntahu, practice for sendratari, and laugh. thanks God :)

Saya dan Leonardo DiCaprio




Ada satu persamaan besar antara saya dan Leonardo DiCaprio

Bukan, bukan karena kami adalah sesama manusia yang dianugrahkan penampilah lahiriah yang indah rupawan (haha sampah).

Bukan pula karena akting kami berdua sama-sama menawan (Leo dalam film-film Hollywood, saya dalam drama G30S PKI zaman SMP--saya berperan ganda menjadi DN Aidit dan AH Nasution by the way)

Kami berdua memiliki nasib yang erat berkaitan karena tidak lain dan tidak bukan karena..... *jreng, jreng*

FROZEN
YOGURT!!

Kami berdua sama-sama suka Frozen Yogurt :D

Mas Leo bahkan sampai membeli alat pembuat frozen yogurt (disingkat froyo) di rumahnya supaya dia bisa menikmati froyo kapan saja.

Kalo saya sih awalnya ngga suka sama yogurt, asam-asam kecut gitu sih. Tapi berkat suatu hari saya nyicip yogurt bubble gum Sour Sally, tiba-tiba saya jadi menyadari kalau yogurt itu ternyata enak banget yaaa. Asam-manis dan segar di lidah. Tapi berhubung Sour Sally mahal, saya lebih sering nyicip yogurt J.Cool-nya J.Co. Enak juga kok, asam lembut segar.. apalagi kalo pake topping mochi strawberry dan buah-buahan. Yummy~

Sebenernya kalo lagi ada duit lebih, saya pengen lebih sering nyicip2 berbagai jenis frozen yogurt. Sour Sally, Smitten, Tutti Fruti, Icy Blue .. terus denger-denger sekarang ada froyo Red Mango di PVJ. Kata teman saya, Red Mango ini froy yang terkenal paling enak di US.. hmmm, jadi penasaran deh. Awal April nanti deh saya coba ;)

Btw, froyo ini juga makanan sehat lho. Bagus untuk pencernaan dan daya tahan tubuh plus kandungan kalori yang rendah ga akan bikin kegemukan (bahkan meskipun bikin gendut pun saya pasti akan tetap suka :p).

Ah, saya jadi kepengen beli mesin pembuat froyo juga kayak Mas Leo :D

Minggu, 28 Maret 2010

Dewasa Itu... #Part 2

Seorang teman saya pernah berkata bahwa di dunia ini tidak ada yang bisa lebih kita percayai selain Allah. Sangat masuk akal menurut saya. Karena hanya Allah yang tidak akan meninggalkan kita. Simple-nya, jika kita benar-benar mempercayai Allah dan berusaha menjalankan hidup ini sesuai dengan perintah-Nya, Allah pun akan selalu menjaga kita dan memberikan yang terbaik untuk kita.

Kurang-lebih sama seperti apa kata guru saya yang mengatakan bahwa semua hal yang kita jalankan harus karena Allah, untuk mendapat ridha-Nya. Insya Allah, kalau niat kita sudah baik dan benar, Allah pun akan menunjukan jalan yang benar. Bahkan saat kita melanggar perintahNya pun, Allah masih tetap sayang dengan kita dengan memberikan teguran. So true.

Karena itu, jangan takut untuk menjalankan tanggungjawab dan mengikis egoisme kita kalau memang kita yakini hal itu benar.

Satu lagi tentang kedewasaan adalah tentang penerimaan terhadap diri sendiri. Banyak yang bilang, dewasa adalah saat kita menemukan jati diri kita sendiri. Dan jati diri itu tidak untuk dicari, tapi untuk dibentuk. Dan jati diri terbentuk ketika kita telah melewati berbagai pengalaman, mengambil hikmah yang baik dari semua pengalaman itu, dan menerima kelemahan kita. Alhamdulillah manusia diberi hati dan otak untuk selalu bisa mengambil pelajaran dari apa yang ia alami dalam hidupnya. Oh, dan tentu saja sekali lagi kita juga harus mengikis egoisme dan belajar menerima orang lain di sekitar kita apa-adanya. Karena kita sendiri pun tidak akan pernah bisa sempurna, demikian pula orang lain. We have to treat people right if we want them to treat us right. Perlakukan orang lain, yang bahkan berbeda pandangan dengan kita, dengan sepantasnya.

Dan saya pribadi berpendapat bahwa menjadi dewasa itu berat. Saya sendiri pun belum bisa menjalankan kehidupan saya seperti opini-opini di atas. Saya masih banyak melakukan tindakan-tindakan egoisme, masih sering lalai dengan tanggungjawab saya kepada lingkungan sekitar saya dan juga masih sering melalaikan kewajiban untuk selalu menuruti perintahNya. Dan terutama, saya masih sering lupa bersyukur dan banyak mengeluh. Huhu.

Tapi, seperti yang tadi saya sudah bilang, menjadi dewasa itu keharusan. Ayo kita belajar untuk menjadi seorang yang dewasa-- dalam impian saya: wanita muslimah dewasa yang anggun dan bijak :)

Dewasa Itu...

Ngga kerasa, kurang dari tiga bulan lagi usia saya akan menginjak 21 tahun. Yang berarti saya bukan warga negara minor lagi dan saya bisa menandatangani kontrak resmi dengan legal. Wah, cepat sekali ya waktu berlalu. Perasaan baru kemarin deh saya masih dengan imut-imutnya berangkat sekolah pake seragam dan membawa bekal. Eh tau-tau sebentar lagi saya harus nyari duit sendiri, dengan wajah yang tetap imut tentunya. Haha.

Dan pertanyaan saya, apakah jiwa saya sudah sedewasa usia fisik saya? Eh sebentar, malah pertanyaan terbesarnya adalah: dewasa itu apa sih?

Kalo saya renungkan dalam-dalam, dewasa adalah saat ketika kita harus belajar untuk menerima bahwa kita tidak bisa selalu mendapatkan apa yang kita inginkan. Coba lihat anak kecil yang bisa merengek-rengek minta dibelikan mainan oleh orangtuanya. Tentu kita tidak bisa lagi bersikap merengek-rengek seperti itu kan? Mau nggak mau, saat menginginkan sesuatu, kita harus mempertimbangkan berbagai faktor lain selain faktor kepuasan pribadi. Dengan kata lain, dewasa adalah mengikis sikap egois kita dan berusaha memahami kondisi sekitar.

Dan menjadi dewasa menurut saya adalah keharusan, bukan sekedar pilihan. Mengapa? Tentu karena hidup ini seperti roda. Kadang di atas, kadang di bawah. Kadang kita bisa merasa memiliki dunia, tapi kadang yang kita miliki bisa hilang begitu saja dalam sekedipan mata. Oh well, sesungguhnya malah tidak ada yang benar-benar kita miliki karena semuanya adalah titipan Allah. Bahkan nyawa kita pun adalah titipanNya. Karena apapun yang dititipkan Allah bisa diambil kapan saja, kita harus selalu siap menghadapinya dengan bijak bukan?

Begitu pun dengan masalah tanggungjawab. Semakin dewasa usia, semakin banyak tanggungjawab yang harus diemban. Rasanya hidup seperti ter-setting begini: bayi-balita-TK-SD-SMP-SMA-kuliah-kerja-nikah-kerja-kerja-pensiun-selamat tinggal dunia. Dari yang kita ga bisa apa-apa tanpa bantuan orang lain, sampai tahap dimana kita yang harus menghidupi orang lain dan bertanggungjawab terhadap lingkungan sekitar kita. Yah, itu juga kalau panjang umur sih. Dan menjadi dewasa, adalah ketika kita bisa menerima dan menjalankan tanggungjawab kita secara bertahap dengan baik, walau bahkan ketika kita tidak benar-benar menyukai tanggungjawab tersebut.

Ingat saja, "yang kamu sukai belum tentu baik untuk kamu dan apa yang tidak kamu sukai boleh jadi ternyata malah baik untuk kamu".

Yang kamu inginkan, belum tentu yang kamu butuhkan. Bicara seperti ini memang gampang, tapi kenyataannya memang sangat sulit untuk menerima bahwa terkadang kita memang tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Kadang, kita memang hanya bisa bersabar dan memasrahkannya pada Allah SWT. Dan semakin dewasa dan semakin kompleks tingkat permasalahan kita, nampaknya kita harus semakin berpegangan teguh pada Allah.

(to be continued)

Itadakimasu!!


(picture source: http://earthmother-intheraw.blogspot.com/2009/06/changing-my-relationship-with-food.html)


Saya sangat suka makan.

Andai uang bulanan saya tak terbatas, kerjaan saya pasti nyicip makanan dimana-mana. Sekarang saja uang bulanan saya sebagian besar jatuh buat urusan perut. Apalagi saya selalu ingat petuah orangtua saya kepada saya:

"Kamu jangan boros ya di Bandung, kecuali untuk urusan makan"

Orangtua saya, terutama ibu saya dari dulu sangat concern terhadap urusan makan anak-anaknya. Apalagi terhadap saya, soalnya waktu masih kecil saya kurus sekali dan susah makan. Belum masuk umur setahun pun saya udah ngga mau minum ASI lagi dan ngga bisa minum susu dari botol. Jadilah saya harus disuapin susu dengan sendok. Udah gitu, kata ibu saya, saya harus dibawa jalan-jalan dulu baru mau minum susunya sampai habis.

Dan waktu kecil saya juga pilih-pilih makanan. Yang saya ingat, saya paling benci susu putih. Dan kalo saya ngga suka suatu makanan, saya akan membuangnya ke toilet diam-diam setelah disuapin ibu saya. Makanya dulu saya cungkring.

Sekarang? Saya sangat suka makan, apalagi makan makanan enak. Dan Syukur Alhamdulillah, Bandung adalah salah satu surga makanan enak di Indonesia! (walau masakan Ibu saya tetap yang the best sih :p). Dan bersyukur lagi, walau makan banyak tapi proporsi berat badan saya tetap ideal kok. Hehe.

Gaya makan saya adalah banyak dan cepat. Katanya, kalo makan cepat itu berarti tidak menikmati makanan. Tapi buat saya, makan cepat justru karena makanannya sungguh enak sehingga saya tidak sabar untuk menghabiskannya :D

Yah, bukan berarti saya ngga pernah kehilangan mood untuk makan sih. Saya kadang juga ngga bisa makan banyak kalau lagi stres atau karena masih kenyang (ya iyalah).

Tapi, serius deh, makan adalah salah satu kenikmatan paling indah yang diberikan oleh Allah SWT. Alhamdulillah. Dan semoga suatu saat nanti saya akan bisa menjadi koki yang hebat seperti ibu saya :)

Itadakimasu! (Let's eat!)

R-A-F-T-I-N-G


Rafting a.k.a arung jeram adalah salah satu *1000 things to do before I die* saya (walau belum saya tulis dalam post sebelumnya).

Dan, akhirnya kemarin saya berhasil mewujudkan keinginan saya itu (lihat foto saya, itu saya yang sempat-sempatnya membuat tanda peace di saat harusnya teriak-teriak).

Rafting ini sebenarnya adalah acara himpunan saya untuk seluruh angkatan SBM. Tapi yang akhirnya bisa ikut cuma sekitar 60an anak. Kita kumpul pagi-pagi di gerbang depan lalu menuju TKP dengan menumpang bis Patriot. Lokasi raftingnya di Sungai Palayangan, daerah wisata Situ Cileunca, Pangalengan. Kurang lebih sekitar satu jam setengah mendaki gunung lewati lembah sebelum akhirnya kita sampai di sana.

Saya pribadi merasa sangat excited. Tegang karena ga tau apa-apa tentang per-rafting-an sekaligus penasaran dengan sensasinya. Kata pemandunya, tingkat kesulitan di sungai ini adalah grade 3 (sebenarnya saya ga ngerti, tapi mari kita asumsikan bahwa angka itu cukup menunjukan tantangan). Kami semua di bagi dua kelompok: kelompok rafting I dan rafting II. Dan saya masuk kelompok I, yang berarti kelompok saya mendapat giliran rafting pertama sementara kelompok dua ber-flying fox dulu. Di kelompok satu ini juga dibagi menjadi 5 orang per perahu karet. Saya seperahu dengan Gracia, Bibil, Ashra, dan Luthfi. Pemandu kami namanya Pak Jeber.

Sebelum benar-benar nyemplung di sungai, kami semua diberikan instruksi keselamatan, mendayung dan memposisikan diri di Danau Cileunca. Setelah itu baru kami menuju TKP yang sesungguhnya yang berlokasi di seberang danau. Posisi saya di perahu karet adalah di bagian paling depan sebelah kanan. Dan Alhamdulillah, cuaca cukup cerah.

Menurut pemandu kami, ada beberapa jenis jeram di sungai ini. Ada jeram pembuka, jeram domba, jeram kecapi, de el el. Tak lama setelah perahu karet kami nyemplung di sungai, jeram pembuka langsung menyambut. Dan kami semua membalasnya dengan teriakkan HWAAA!!
Wow, seruuu!! Apalagi pemandangan kanan-kiri sungai dihiasi hutan pinus yang cantik. Air sungai yang dingin juga terasa segar sekali di kulit.

Tapi jeram pembuka masihlah awal dari jeram-jeram lain yang lebih deras dan curam Belum ada 15 menit, saya sudah menjatuhkan dayung saya. Soalnya saat itu perahu karet menabrak batu tepat di sebelah kanan saya dan reflek saya langsung menyelamatkan tangan kanan saya dengan melepas dayung dong. Hehe, panik juga sih. Dan semakin jauh, semakin banyak bebatuan besar pula. Perahu karet kami sampai berkali-kali nyangkut di batu.

Ketika kami diberi waktu beristirahat sejenak saat tiba di aliran sungai yang tenang, ketauan deh kalo perahu karet kami gembos di bagian belakang. Terpaksa, hanya boleh 4 orang termasuk pemandu yang menaiki kapal itu. Tersisalah saya, Gracia, Ashra, dan Pak Jeber. Yang lain pindah ke perahu karet lain. Perjalanan pun dilanjutkan kembali.

Dan, tidak ada pengalaman yang lebih mendebarkan daripada jatuh ke sungai! Dan jatuhnya pun bukan saat melewati jeram. Tapi ketika perahu karet kami menabrak perahu karet lain sehingga posisi perahu karet kami menjadi miring 90 derajat dan saya yang berada di ujung kanan mau ngga mau jatuh sendirian ke sungai. Sebelum jatuh, saya sempat berpegangan ke tali yang berada di perahu. Tapi arus deras yang mendorong saya terus-menerus dengan kencang plus saya ga bisa nafas karena sebagian wajah saya terendam air, membuat saya sempat berpikir untuk melepas tali. Tapi karena saya ga jago berenang, apalagi di arus deras, akhirnya saya tetap berpegangan.

Pemandu ga bisa langsung menyelamatkan saya, karena posisi perahu kami yang miring dan nyangkut di perahu lain. Saat posisi perahu berhasil kembali datar, perahu langsung terseret arus, dan saya yang masih megap-megap sempat menabrak batu di belakang saya. Saat jatuh itu, saya merasakan banget deh yang namanya ketidakberdayaan. Alhamdulillah, pada akhirnya saya berhasil diangkat kembali oleh Pak Jeber ke dalam perahu. Hanya sepatu saya yang hanyut dan punggung saya yang linu-linu. Plus saya menelan cukup banyak air saat terjatuh.

Dengan masih sedikit shock, saya kembali melanjutkan perjalanan menuju jeram-jeram lain. Dan ketika perjalanan hampir usai, saya dua kali dijatuhkan lagi dari perahu karet. Kalo kali ini sih sengaja oleh instrukturnya. Jadilah saya memegang rekor paling banyak jatuh ke sungai hari itu, walau tentu yang jatuh beneran itu yang paling mendebarkan.

Rafting kali itu memakan waktu total sekitar satu setengah jam. Setelahnya, giliran kelompok kami yang ber-flying fox membelah sungai. Ada 3 gaya. Gaya biasa (sambil berpegangan), gaya superman (you knowlah kayak gimana), dan gaya kalong (kepala dibalik). Kalo saya sih nyoba yang gaya superman. Cukup seru juga, berasa terbang beneran :)

Sekitar pukul 3 akhirnya acara ditutup. Harusnya sih masih ada acara penanaman pohon bersama, tapi berhubung tiba-tiba hujan deras banget akhirnya dibatalkan deh. Kami langsung pulang ke Bandung (dan karena sepanjang perjalanan banjir, kami baru tiba di Bandung jam 6).

Btw, thanks to Divisi Kesra KMSBM yang udah jadi event organizer. Yesterday was very very fun :)

Rabu, 24 Maret 2010

Oh I Love This Guy!

Well, I've been listening to his songs whole year and Mr. Mraz has succesfully trapped me into his poetic world. And his lovely rhythm, of course.

How can he turns a seductive song like "Butterfly" into such an attractive song without making it cheesy? And another his wordplay lyrics? Those beautiful melodies? Yeah, he must be very genius or something.

I admire this guy's pure voice, I love his lyrics.

Attending his concert is one of my 1000 wish lists :)

Rabu, 10 Maret 2010

When I Watch Movies

Kalau dipikir-pikir, saya sudah cukup lama tidak menonton film lewat DVD atau TV. Iya, salah satu hobi saya itu menonton. Tapi saya sukanya menonton di bioskop, di layar yang lebar dengan sound system yang menggelegar dan kursi yang nyaman. Boros sih, sekali nonton di bioskop minimal harganya sama dengan 3 DVD. Apalagi kalau anak ITB bisa download gratis tis tis lewat rileks.
Tapi gimana lagi ya? Saya orangnya susah fokus dan suasana studio bioskop sangat membantu saya untuk fokus dengan apa yang saya tonton. Coba kalau nontonnya di laptop atau TV, saya pasti tergoda untuk melakukan aktivitas lain (ke toilet-lah, internet dulu-lah, nyari udara segar dulu-lah bla bla bla).
Lagipula, somehow saya ngerasa di bioskop, suatu film jadi pasti jadi 'lebih' segalanya.. lebih lucu, lebih sedih, lebih keren, lebih manis... Dan menonton bersama banyak orang itu lebih menyenangkan (meskipun tidak disarankan untuk menonton bersama orang yang hobi menyela di tengah film).
Lagipula, sayang kan udah bayar tiket mahal-mahal kalau nontonnya nggak fokus. Haha.
Makanya, saya sangat suka nonton di bioskop :)

Selasa, 09 Maret 2010

Things to Do Before I Die #1

Terinspirasi oleh sebuah judul buku (kalau ga salah judulnya 1000 things to do before you die), saya ingin membuat daftar hal-hal yang ingin saya lakukan sebelum saya meninggal dunia.
Hehe, mungkin agak tabu ngomongin meninggal dunia segala, tapi siapa sih yang bisa menebak umur?
Karena itu, saya ingin melakukan banyak hal sebelum saya dipanggil Yang Maha Kuasa :)
1. Khatam Al-Qur'an (malu deh umur segini belom khatam juga)
2. Mengendarai mobil sendiri
3. Mengendarai motor sendiri
4. Berhasil mengambil boneka di mesin pencapit boneka
5. Bermain layangan
6. Mengecat rambut dengan warna merah
7. Merajut syal
8. Membuat cake
9. Mempunyai official website sendiri
10. Bernyanyi solo di depan orang-orang
11. Nonton di studio Premiere
12. Mengunjungi 5 benua
13. Diving
14. Belajar Bahasa Prancis
15. Belajar Bahasa Jerman
16. Belajar Bahasa Belanda
17. Belajar Bahasa Jawa Kromo Inggil
18. Belajar menari Gambyong
19. Memainkan lagu Canon in D dengan biola
20. Memainkan sebuah lagu dengan piano (plus akor-akornya)
21. Menonton konser internasional
22. Naik haji
23. Menonton 5 film panjang dalam 1 hari
24. Makan lobster
25. Mempunyai perusahaan sendiri
26. Memerah susu sapi
27. Mengunjungi seluruh provinsi di Indonesia
28. Tidur di bawah bintang
29. Backpacking
30. Ber-safari di Afrika
31. Menonton pertunjukan sirkus
31. Menonton pertunjukan orkestra di gedung tua Eropa
32. Menonton pertunjukan balet
33. Piknik di bawah pohon sakura
34. Menulis buku
35. Menulis surat cinta dan memberikannya pada seseorang
36. Mendesain baju sendiri
37. Menanam pohon
38. Tinggal di pedesaan tak berlistrik
39. Berdansa dengan seorang pria
40. Wisuda
41. Kuliah di luar negeri
42. Menikah dengan orang yang dicintai
43. Melahirkan anak
44. Mengunjungi kebun bunga lavender
45. Bulan madu di pulau terpencil
46. Mengunjungi panti asuhan
47. Mengunjungi 7 keajaiban dunia
48. Bermain salju
49. Menonton pertandingan Piala Dunia live
50. Mengirim orangtua naik haji dengan uang sendiri
(to be continued)

Minggu, 07 Maret 2010

Gading-Gading Ganesha (Bahwa Cinta Itu Ada)

Gading-Gading Ganesha a.k.a Bahwa Cinta Itu Ada jelas bukanlah suatu film yang patut diacungi jempol. Skenario yang dangkal, alur cerita yang berantakan, akting yang kaku, adegan-adegan yang absurd.. walau temanya cinta dan persahabatan, tapi saya sama sekali tidak menangkap chemistry dari kedua hal tersebut.
Dan rasanya satu studio (yang saya yakin isinya anak ITB semua) setuju bahwa film yang disutradarai oleh Sujiwo Tejo itu jauuuuhhh sekali dari ekspektasi kami. Oh well, saya rasa ekspektasi kami memang terlalu tinggi. Apa sih yang bisa diharapkan dari film perdana seorang sutradara yang biasanya menyutradarai pewayangan? (well, bukannya menyutradai pewayangan itu mudah.. tapi kedua bidang tersebut sangat berbeda kan?)
Yah, saya cukup senang melihat kampus saya di layar lebar.. plus nama PSTK yang disebutkan di salah satu adegan tentunya. Saya pernah mendengar, Sujiwo Tejo ini memang sempat menjadi anggota PSTK sebelum keluar dan mendirikan unit kebudayaan Ludruk.
Bagian lain yang saya sukai dari film ini mungkin beberapa lagu pengisinya. Seperti lagu yang dinyanyikan cewek berbaju merah di sebuah adegan di restoran dan sebuah lagu lama Sujiwo Tejo yang dinyanyikan ulang oleh Ario Wahab dan Sita RSD dengan judul baru "Selamat Datang Cinta" (lagu aslinya berjudul Anyam-Anyaman Nyaman.. ini lagu lamaa bangett, mungkin lagu zaman saya masih pake rok merah).

Overall, sayang sekali.. lebih baik menunggu film ini di ftp rileks :)

Rabu, 03 Maret 2010

Reflection #1

Jadi, tadi saya membuka e-mail SBM saya dan menemukan sebuah artikel bagus yang dikirim oleh Pak Togar (beliau ini dosen mata kuliah operation). Inti artikel tersebut adalah mengenai seorang mantan karyawan Bank BCA yang beralih profesi menjadi entrepreneur.

Dalam artikelnya tersebut, beliau menceritakan bahwa ia beralih profesi menjadi entrepreneur bukan karena alasan-alasan semacam gaji karyawan yang dianggap kurang, dendam pada atasan, tidak ada pilihan lain, dan sebagainya seperti yang banyak digembor-gemborkan para entrepreneur sebagai alasan bagus untuk tidak menjadi karyawan.

Beliau justru sangat menikmati profesinya di bidang IT bank swasta tersebut.

Yang membuat beliau memilih keluar adalah sebuah alasan simpel bernama 'panggilan hati' yang membuatnya harus memilih diantara hobi yang selama ini ia jalani dengan pekerjaan yang ia lakoni. Tidak ada yang salah pada BCA, karir beliau pun cukup bagus.

Beliau tidak setuju mengenai anggapan bahwa "kalau mau cepat kaya jadilah entrepreneur, kalau mau miskin seumur hidup jadilah karyawan" karena rezeki masing-masing orang sudah diatur oleh Tuhan. Dan TUHAN, Yang Maha Kaya sama sekali tidak dapat diukur dengan “besar-kecilnya” gaji yang diperoleh oleh karyawan di perusahaan tempatnya bekerja, karena rejeki yang IA siapkan tidak terbatas bagi masing-masing orang.

Beliau juga menambahkan bahwa tidak ada alasan untuk tidak berbangga menjadi seorang karyawan/kaum profesional apalagi seorang karyawan yang sungguh-sungguh profesional. Dan sama sekali tidak ada alasan bagi kaum enterpreneur untuk membusungkan dada dan memandang rendah mereka yang berada di quadrant lain. Kaum entrepreneur pun sesungguhnya sangat membutuhkan bantuan dari para kaum professional dalam menjalankan bisnisnya.

Di akhir artikelnya, beliau juga menambahkan suatu nasehat bijak yang ia dapatkan dari seorang temannya:

“Yang jelas dimanapun kita berada dan apapun status kita, selalu berikan yang terbaik. Jika kita kebetulan sebagai karyawan, berikan yang terbaik dan berdoalah selalu bagi perusahaan tempat kita bekerja. Jika kita adalah enterpreneur, berikan yang terbaik untuk karyawan kita dan untuk client-client kita, maka rekaman-rekaman tak kasat mata dalam hidup ini akan mencatat secara sangat detail semua sumbangsih kita, kemudian menunggu waktu tepat untuk membalaskan kepada kita semuanya itu. Bukan berdasarkan golongan enterpreneur atau karyawan, tetapi seberapa tulus kita memberikan yang terbaik bagi kehidupan. Karena TUHAN pemilik kehidupan ini tidak pernah membiarkan diri-NYA berhutang kepada siapapun !”


Memang ya.. hidup pasti lebih indah jika kita pandai bersyukur dan mengarungi kehidupan yang sedang kita jalankan dengan sebaik-baiknya**

Selasa, 02 Maret 2010

Read This, Read That


Oke, jadi ceritanya di kamar kosan gw lagi numpuk buku-buku menanti sentuhan lembut tangan gw untuk membuka lembar demi lembar halamannya.
Kalo lagi ke toko buku, gw emang suka laper mata. Ada yang *cling* dikit, langsung pengen baca. Apalagi kalo belinya barengan Ayahanda tercinta (tentu karena jatuhnya jadi dibayarin :p).
Tapi gini nih, ujung-ujungnya malah ga tau kapan sempet ngebacanya. Apalagi belakangan ini kalo nyampe kosan pasti udah capek, bawaannya pengen cepet tidur atau ngerjain tugas-tugas (haha<-- ini ketawa miris).

Dan inilah daftar buku yang harus gw baca (haruslah, udah dibeli masa cuma untuk dipajang) :

1. Midnight Children

Gw beli buku ini karena tertarik dengan nama pengarangnya, Salman Rushdie. Itu lho, pengarang yang kena fatwa hukuman mati karena dianggap menghina umat Islam lewat buku The Satanic Verses (btw, Salman Rushdie sendiri beragama Islam). Selain itu, seperti yang tertulis di resensinya, Midnight's Children telah memenangi berbagai penghargaan internasional (biasanya jadi jaminan mutu). Ceritanya sendiri berkisar tentang kehidupan sosial masyarakat di India.

2. Tipping Point-Blink-What the Dog Saw
Ketiga buku ini dikarang oleh orang yang sama, yaitu Malcolm Gladwell. Setelah ngebaca Outliers yang juga dikarang oleh Mr.Gladwell, gw jadi sangat menyukai pemikiran-pemikiran beliau yang selalu memandang suatu hal dari sisi lain yang sangat berbeda. Jadi membuka wawasan banget deh :)

3. Kota Lama, Kota Baru
Sejarah adalah salah satu pelajaran yang gw suka waktu SMA, nilai gw ga pernah di bawah 90 lho (sombong). Iya, emang gw suka sejarah dan gw juga suka bangunan dan kota tua yang klasik. Makanya gw beli buku ini deh.

4. The Zahir
Kalo buku ini sih gw pinjem dari anak PSTK 2009, Christina. Ternyata dia juga suka Paulo Coelho. Gw baru membaca beberapa novel beliau sih, kayak The Alchemist dan Veronica Decides to Die. Tapi gw suka dengan cara khas Mr. Coelho menyampaikan makna dari novel-novelnya; menggunakan berbagai perumpamaan, unik, dan menyentuh.

I think I need more spare time~ !

Jatuh Cinta

Bukan, gw bukan lagi jatuh cinta.
Gw cuma merasa efek jatuh cinta (atau kita kira kita sedang jatuh cinta) ternyata luar biasa ya.

Jadi ceritanya, duluuuu gw pernah naksir seseorang.
Dan pokoknya di mata orang yang sedang jatuh cinta, orang yang disuka pasti kelihatan beberapa kali lipat lebih ganteng dari aslinya. Setiap kekurangannya jadi kelebihan, semua ucapannya seperti mantra yang menghipnotis (lebay), dan yeah, those butterflies-in-the-stomach effect. Kayaknya setiap orang yang merasa jatuh cinta merasakan yang semacam itu deh.

Tapi, biasalah naksir-naksiran gitu bosennya juga cepet (mungkin karena naksir diem-diem doang). Ga ada angin, ga ada hujan.. eh tau-tau perasaannya jadi netral aja. Dulu yang selalu deg-degan tiap si dia berjarak hanya semeter dari kita, sekarang jadi biasa aja. Lebih enak malah, soalnya kalo deg-degan pikiran jadi blank. Mau ngomong tapi berasa mulut dijahit. Kalo udah biasa aja, malah bisa lebih banyak yang bisa diobrolin tanpa dikit-dikit panik takut ada kata-kata yang salah.

Yah, berdasarkan pengalaman pribadi dan cerita-cerita temen gw, saat lagi naksir seseorang kita biasanya jadi lebih sensitif terhadap segala tingkah laku orang yang kita taksir. Dikit-dikit kita ngerasa, 'tadi kayaknya ucapan gw salah deh.. harusnya gw bisa lebih bla bla bla'.
Setiap ada kata-kata dia yang kebetulan 'menusuk' langsung bikin kita jadi serba salah dan sedih. Dan setiap dia deket sama cewek lain dan tampak 'mesra' (sebenernya mesranya cuma di mata kita doang), kita langsung berprasangka macam-macam. Wow, nano-nano banget (atau mungkin itu efek dari perasaan insecure terhadap diri sendiri kali yaa)

Dan saat sudah biasa saja dan jadi lebih dekat sebagai temen, gw jadi berpikir. Andai gw deket kayak gini pas duluuuu gw masih naksir... mungkin gw udah melayang tinggi berbunga-bunga di atas awan. Hahaha, berasa lucu deh :)

Senin, 01 Maret 2010

Suatu Kuliah di Pagi Hari :)

Ini cerita tentang salah satu kuliah gw di SBM, yaitu Religious Study alias pelajaran Agama. Beda dengan jurusan lain sesama ITB yang pelajaran agamanya benar-benar berdasarkan agama yang dianut, kalo di SBM pelajarannya jadi lebih general.
Maksudnya, kita lebih mempelajari tentang issue-issue yang berkaitan dengan masalah kepercayaan. Kayak tentang euthanasia, bunuh diri, dan lain-lain. Cukup menarik sebenernya kalo pelajarannya dibawa sesuai konteks.

Minggu lalu, kebetulan dosen tamu yang mengajar pelajaran ini. Dan karena gw terlambat 15 menit, gw ga tau namanya. But, he's Ph.D holder from university in Japan, so he must be very smart or something. Yah, pokoknya gw yang biasa males-malesan denger kuliah Religious Study (hehe), hari itu jadi cukup serius mendengarkan beliau berbicara (berhubung cara penyampaiannya juga bagus)

Ini poin-poin yang masih terngiang-ngiang di kepala gw (yang masih gw inget untuk dituangkan dalam blog ini plus gw tambahin opini pribadi tentu saja)


1. Pentingnya Mempercayai Tuhan

Seperti yang udah kita ketahui, Jepang yang merupakan salah satu Macan Asia, adalah sebuah negara yang maju nan kaya. Pendapatan per kapitanya termasuk yang paling tinggi se-Asia. Dan siapa yang ngga kenal produk Jepang macam Sony, Toyota, atau Honda?

Dosen gw cerita, para pekerja di Jepang itu masuk kantor jam 8 pagi dan pulang paling cepat jam 12 malam (ini mah namanya kerja rodi ya?). Tapi memang sih gajinya kalau dirupiahkan bisa sampai sekian ratus juta per bulan. Tapi, apa gunanya sih kalo punya uang banyak tapi ga punya waktu luang? Kapan menikmati uangnya? Mana tingkat persaingan di sana bisa dibilang cukup sangar pula.

Oleh karena itu tidak mengherankan tingkat depresi di Jepang bisa dibilang sangat tinggi. Kalo ga salah denger, bahkan angka bunuh diri di negara itu bisa mencapai 400 ribu orang (entah per bulan atau per tahun, gw lupa.. kayaknya sih per tahun). Kalo baca komik-komik samurai, memang bangsa Jepang ini punya budaya bunuh diri yang telah mengakar.. entah lewat seppuku atau harakiri, demi menjaga kehormatan mereka setelah melakukan kesalahan atau kegagalan (yah walau sumbernya dari komik, tapi cukup memberikan gambaran sepintaslah, secara orang Jepang kalo bikin komik juga pake referensi).

(Hmm... coba para koruptor di Indonesia punya rasa gengsi setinggi orang Jepang, mungkin tiap hari isinya berita bunuh diri terus :p)

Kata dosen gw itu lagi, andai bangsa Jepang lebih percaya kepada Tuhan, mungkin mereka ga akan semudah itu memilih jalan bunuh diri ketika mereka depresi atau melakukan kegagalan. Jika mereka percaya masih ada dunia lain setelah kematian, masih ada surga dan neraka, mungkin mereka ga akan segampang itu loncat dari atap gedung.

Mereka memang memiliki agama resmi sih, yaitu Shinto. Tapi kalo kata temen gw yang kakaknya kuliah di Jepang, Shinto itu sendiri lebih merupakan "budaya", bukan "agama". Budaya adalah hasil kreasi akal manusia, sementara agama berasal dari kekuatan lain Yang Maha Besar. Dan orang Jepang paling cuma ke kuil setiap tahun baru atau saat ada perayaan tertentu. Agama tidak menjadi landasan hidup mereka.

Padahal kan kalo kita punya agama kita bisa mengeluhkan segalanya pada Tuhan. Pada Allah SWT. Lagi depresi pun, kita selalu punya tempat mengadu dan bersandar sehingga kita ga perlu sampai putus asa dan bunuh diri segala. Meski wujud nyata-Nya tidak bisa dipertanyakan, keberadaan-Nya terasa di hati, lebih dekat daripada urat nadi.

(bersambung)